YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah—Dalam kitab suci al-Quran, ditekankan supaya setiap muslim membina hubungan baik dengan semua manusia. Isyarat Quran itu disebut dalam teks dengan kalimat hablum ni al-nas bukan hablum min al-mukminin. Demikian dikatakan Muhammad Anis dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Relasi Antar Umat Beragama di Indonesia’, pada Selasa, 15 November 2016, di ruang sidang direktur pascasarjana UMY.
Menurut Anis, Allah menyuruh manusia untuk selalu membangun hubungan baik dengan Allah dan dengan seluruh umat manusia. Penggunaan kata ‘semua manusia’ menunjukkan al-Quran menginginkan siapa saja manusia itu, apapun latar belakang agama, suku, ras, dan bangsa. Tidak mengkhususkan dengan sesama muslim saja atau sesama mukmin saja.
Anis memaparkan bahwa dalam Quran juga ada ayat, perbedaan latar belakang manusia dimaksudkan supaya saling mengenal. Saling mengenal dimulai dari sikap rahmah. Kata rahmah, menurut Anis berarti kasih sayang dan cinta.
“Jika berdasar rahmah atau cinta dan kasih sayang, maka yang ada adalah sikap positif thinking terhadap orang lain. Jika sudah cinta dan kasih sayang, pasti ada keinginan untuk memahami. Melihat orang lain dari sisi baiknya,” ujar Anis. Modal utama dalam membangun relasi antar umat beragama, kata Anis adalah saling mengenal dan memahami itu.
Dalam kesempatan itu, Anis juga menyatakan bahwa dalam Islam, konsep dasar yang diutamakan ketika ada konflik adalah memberi maaf, bukan meminta maaf. Demikian halnya Quran menyatakan untuk memberi pertolongan atau bantuan, bukan meminta tolong. Dalam konteks lain, Quran juga memerintahkan untuk memberi manfaat, bukan meminta.
“Kalau semua orang rebutan memberi manfaat, maka akan harmonis sekali. Akan terjadi kompetisi dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Sebaliknya, jika konsep minta, maka yang tidak mendapat apa yang diminta akan protes dan terjadi kekacauan,” papar Anis (Ribas).