YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Tokoh kebangsaan Romo Franz Magnis Suseno menyatakan bahwa peristiwa terorisme tidak bisa digeneralisasi identic dengan agama atau kelompok tertentu. Namun potensi itu ada di semua kelompok, sehingga harus disikapi dengan saling membangun dialog.
Hal itu dikatakan Romo Magnis menyikapi aksi pelemparan bom molotov di depan Gereja Oikumene, Samarinda. Peristiwa yang terjadi saat para jemaat sedang melaksanakan ibadah itu menyebabkan beberapa anak-anak terluka dan satu balita lainnya meninggal atas nama Intan Marbun, yang berusia 2,5 tahun.
“Penting sekali adalah bahwa terorisme itu tidak dikenal rasialisasi. Itu sekelompok kecil yang betul-betul fanatik, terpisah dari yang lain-lain. Jangan sampai ditarik generalisasi bahwa itu khas bagi suatu agama atau umat atau kelompok tertentu,” tutur Franz Magnis dalam acara ILC di salah satu TV swasta, Selasa (15/11).
Menurut Romo Magnis, potensi terorisme ada di mana-mana, sehingga harus selalu diantisipasi. “Terorisme sendiri saya kira di seluruh dunia tidak akan pergi,” ujar Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya itu.
Peristiwa terorisme, menurut Magnis telan menciderai hubungan harmonis semua umat beragama di Indonesia. Aksi-aksi yang menciderai keharmonisan itu harus diputus bersama. “Hubungan baik yang terbangun antar umat beragama di Indonesia itu harus terus dipelihara,” katanya.
Romo Magnis mengingatkan pentingya membangun hubungan saling percaya antar umat yang berbeda. “Kita jangan sampai dirangsang untuk benci kembali, curiga kembali, dan sebagainya, melainkan terus membangun simpati dan kebaikan,” tutur Romo Franz Magnis Suseno (Ribas).