YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyatakan bahwa bangsa Indonesia dan Muhammadiyah pada khususnya sedang menghadapi beberapa tantangan yang tidak bisa dihindari. Kedua tantangan itu meliputi aspek pergerakan dan pemikiran.
Dalam konteks pergerakan, bangsa Indonesia disuguhi berbagai ideologisasi baru. “Muncul organisasi baru yang lebih lincah, massif. Jika Muhammadiyah tidak bisa memperekuat dan mempertajam basis, maka akan seperti gajah bengkak,” tutur Haedar dalam konsolidasi Nasional Muhammadiyah, yang bertempat di Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Kamis (17/11).
Haedar mengingatkan supaya segenap pimpinan dan warga Muhammadiyah untuk menyiapkan strategi demi mengokohkan ideologi internal Muhammadiyah. Selain itu juga, Muhammadiyah harus terus memperbaharui dan memperbaiki kualitas Amal Usaha yang dimiliki.
“Di sekitar kita, pertumbuhan organisasi sangat luar biasa. Sehingga mau tidak mau, kita harus berfastabiqul khairat,” ujarnya. Haedar mencontohkan dalam bidang Rumah Sakit dan universitas.
Salah satu grup Rumah Sakit swasta yang memiliki kekuatan modal besar sedang melakukan invasi besar-besaran ke seluruh Indonesia. Sementara RS Muhammmadiyah-Aisyiyah yang tumbuh dari bawah dengan modal swadaya harus bisa memacu diri dan mengimbangi kekuatan modal itu.
Demikian halnya universitas. Muhammadiyah, sebut Haedar, dari 177 PTM/PTA yang dimiliki, sekitar lima belas kampus merupakan universitas unggulan. Sepuluh di antaranya memiliki fakultas kedokteran. Namun, jika lengah, universitas Muhammadiyah-Aisyiyah akan ketinggalan.
Menghadapi hal itu, Haedar mengajak segenap pimpinan dan warga Muhammadiyah untuk berbenah diri, salah satunya melalui konsolidasi nasional Muhammadiyah yang berlangsung dua hari di UNISA. “Perlu memperbaharui sistem menjadi efektif dan efisien,” ujarnya.
Dalam bidang lainnya, kata Haedar, Indonesia menghadapi tantangan pemikiran, baik pemikiran kebangsaan maupun pemikiran keagamaan. Pemikiran itu berkembang luas, baik yang ekstrem kanan maupun yang ekstrem kiri.
Menyikapi tantangan pemikiran, Haedar mengingatkan supaya warga Muhammadiyah merujuk kepada manhaj berpikir Tarjih. Majelis Tarjih memadukan metode bayani, burhani dan irfani. Manhaj itu, kata Haedar merupakan manhaj yang berkemajuan dan mengalami lompatan pemikiran pada umumnya (Ribas).