YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyatakan bahwa kekayaan terbesar yang dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah adalah kepercayaan (trust) dan integritas. Berkat kedua modal itu, Muhammadiyah bisa melewati usia lebih dari satu abad, selalu berkonstribusi bagi negeri.
“Orang mempercayai Muhammadiyah karena modal trust dan integritas. Trust dan Integritas menjadi kekayaan terbesar Muhammadiyah,” tutur Haedar dalam pembukaan konsolidasi Nasional Muhammadiyah, yang berlangsung di Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Kamis (17/11).
Dengan modal itu, menurut Haedar, Muhammadiyah memiliki daya tawar, tetap disegani dan diperhitungkan. Muhammadiyah mendapat kepercayaan umat dan negara. Atas konsistensinya itu, konstribusi gagasan dan pikiran Muhammadiyah selalu dinanti-nanti oleh pemerintah. Di antara tawaran gagasan itu misalnya tentang konsep negara Pancasila sebagai ‘dar al-ahdi wa al-syahadah’.
Termasuk juga, kata Haedar, dalam kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta alias Ahok. Pemerintah, presiden dan kapolri beberapa kali meminta masukan dari Muhammadiyah. Ketika itu, Muhammadiyah menyarankan supaya ada kepastian hukum, supaya pemerintah juga memperhatikan aspirasi umat Islam yang tersumbat, serta pentingnya memahami dan mengelola keragaman internal umat Islam.
Selain itu, dalam kasus Ahok, Muhammadiyah juga menyatakan tentang disparitas sosial-ekonomi-politik, yang diibaratkan seperti api dalam sekam. “Jika pemerintah tidak punya terobosan, maka akan kentara. Mudah tersulut di lain waktu. Penodaan agama hanya salah satu pemicu saja,” tutur Haedar.
Menurut Haedar, saat ini bangsa Indonesia sedang ditimpa banyak persoalan. Dalam kondisi ini, Muhammadiyah harus bisa menawarkan solusi bagi persoalan bangsa yang diibaratkan seperti gunung es. “Kita sering kalah cepat oleh isu-isu yang berkembang,” katanya.
Dalam kondisi semacam ini, Muhammadiyah dianggap paling siap dan memiliki kapasitas. Di Muhammadiyah terdapat banyak pakar dan tokoh intelektual yang paham betul persoalan. Terlebih, sikap kemandirian Muhammadiyah juga menjadi nilai lebih bagi independensi Muhammadiyah. “Dalam peta nasional seperti ini, Muhammadiyah menjadi rujukan dan diperhitungkan,” kata Haedar (Ribas).