YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Resepsi Milad Muhammadiyah 104 Tahun dilaksanakan di Sportorium UMY pada Kamis malam (17/11) tidak hanya menampilkan Muhammadiyah dari sisi historis dalam perjalanannya selama 104 tahun. Akan tetapi, juga wajah kebhinnekaan dan Keindonesiaan dengan tampilnya seni bertutur tradisional Madihin dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Seni bertutur kata yang menghibur, penuh humor, canda dan jenaka namun mengandung nasehat dan petuah ini dilantunkan dengan iringan musik rebana. Biasanya dibawakan olehseorang pemadihin atau bahkan 2 hingga 4 pemadihin. Diperkirakan, Seni Bertutur Madihin ini seudah ada sejak tahun 1800 yaitu setelah Islam masuk dan berkembang di Kalimantan. Lahirnya Madihin sendiri didominasi oleh ppengaruh kesenian Islam yaitu kasidah dan syair – syair bercerita yang dibaca oleh masyarakat Banjar.
Ahmad Sya’rani yang dipercaya membawa seni Madihin pada Resepsi Milad Muhammadiyah ke 104 tersebut ternyata dapat memukau dan respons yang meriah dari belasan ribu peserta yang hadir. Tidak terkecuali Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Penampilan kesenian tradisional di peringatan Milad Muhammadiyah tersebut merupakan bentuk apresiasi positif Muhammadiyah terhadap kesenian lokal dalam menyampaikan dakwah kepada masyarakat (Ft: Muchdiansyah, Red. Khaliq).