Suara Muhammadiyah,- Pandangan presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, tentang Islam sangat kontroversial. Ia kerap kali menyebarkan ketakutan akan Islam (Islamophobia) saat kampanye. Trump bahkan pernah berinisiatif untuk melakukan pendataan Muslim di AS serta imigran dari negara-negara Islam.Kini, dengan terpilihnya Trump, nasib Muslim AS tinggal menunggu apakah kebijakan-kebijakan kontroversial tersebut akan direalisasikan.
Dikabarkan Sekretaris Negara Bagian Kansas Kris Kobach mengaku diminta tim transisi untuk membantu merealisasikan tembok pembatas AS-Meksiko tanpa persetujuan kongres. Tim transisi juga menyodorkan draf proposal untuk menghidupkan kembali regulasi yang mensyaratkan adanya pendataan imigran dari negara-negara Muslim.
Sejumlah pihak meyakini rencana pendataan penduduk dan pengunjung Muslim justru akan membuat AS menghadapi banyak masalah. Mereka mendesak program tersebut tak perlu ada.
Di tahun 2002, Presiden George W. Bush pernah menerapkan sistem pendataan tersebut dengan nama National Security Entry-Exit Registration System (NSEERS). Sistem itu dinilai gagal, 14 ribu orang terdeportasi, namun tak satu pun diantaranya dicurigai sebagai teroris.
Michael German dari Brennan Center for Justice mengatakan bahwa secara tersirat, NSEERSmenyampaikan pada teroris bahwa Amerika anti-Muslim. Selain itu, NSEERS juga akan memperburuk hubungan AS dengan negara-negara dalam daftar.
Di sisi lain, Trump telah memilih sejumlah staf yang memiliki pandangan negatif tentang Islam. Ia memilih Senator Jeff Sessions sebagai jaksa agung. Sessions diketahui melarang umat Islam datang ke AS.
Trump juga menunjuk Letnan Jenderal Michael Flynn sebagai penasihat keamanan nasional. Ia dikenal mendukung Trump untuk membuat pendaftaran imigran Muslim dan pendataan Muslim AS. Flynn memiliki pandangan negatif tentang Muslim yang tidak toleran atau yang disebut Muslim militan.
Baca: Ini Pandangan Haedar Nashir Terhadap Donald Trump
Flynn juga memiliki pandangan bahwa Rusia adalah mitra yang cocok untuk melawan terorisme dari Muslim militan. Struktur pemerintahan yang demikian akan memuluskan kebijakan-kebijakan Trump yang tidak pro-Muslim.
Baca: Tujuh Janji Trump yang Mungkin ‘Hoax’
Dilaporkan setelah Trump terpilih, jumlah pelecehan terhadap Muslim meningkat. Selain itu, pelecehan terhadap kaum minoritas seperti warga Hispanik, Afrika-Amerika dan kaum gay dilaporkan meningkat.
Baca: Twitan Imam Shamsi Ali Tentang Muslim AS Pasca Terpilihnya Trump
Menanggapi fenomena ini, aliansi warga Kristen, Yahudi, dan Buddha memberikan pesan kepada Trump terkait solidaritas yang terjalin kuat antarumat beragama di AS.Aksi penyampaian aspirasi ini dilaksanakan di Masjid Muhammad di Washington DC, Jumat (18/11). Para pemimpin lintas agama menyatakan bersatu mendukung Muslim AS dan menentang Islamophobia (Azis).