Oleh: Shoimah Kastolani
Suara Muhammadiyah,- Jelang tanggal 25, medsos dipenuhi ucapan selamat Hari Guru. Tumbuh kegelisahanku apakah guru itu hanya untuk guru di depan kelas? Bagaimana yang hanya menjadi guru di masyarakat? Hal ini melintas di benakku akan pesan almarhum suami diujung akhir hidupnya “Ojo Jeleh dadi guru” artinya jangan bosan menjadi guru. Padahal aku sudah sembilan tahun purna tugas guru.
Hari ini temanku menjawab kegalauanku “Hakekatnya orang yang mencerahkan orang lain adalah guru”. Kepres No. 78 Tahun 1994 dan juga ditulis di UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menetapkan tanggal 25 November merupakan hari guru nasional yang diperingati bersamaan dengan ulang tahun PGRI. Tema tahun ini “Guru dan Tenaga Kependidikan Mulia Karena Karya”.
Guru memang tumpuan harapan seluruh anak bangsa, apalagi apabila mengingat lirik “Guruku Tersayang” pada reff : Guruku Tersayang, Guru tercinta. Tanpamu apa jadinya, aku tak bisa baca tulis, Mengerti banyak hal. Guruku terimakasihku
Tugas utama guru adalah sebagai pendidik, sebagai pengajar, sebagai pelatih , namun tak kalah pentingnya juga sebagai orang tua yang mampu mengayomi dan dapat dijadikan role model. Meskipun menjelang hari guru tahun ini dinodai video guru yang membully muridnya di Pinrang, tersebar di medsos.
Syair yang dikutipnya Burhanuddin al-Zarnuji, dalam Ta’lim al-Muta’allim, mengingatkan bahwa guru satu diantara enam unsur menggapai ilmu, sebagai berikut:
أَلَا لَـنْ تَنَــالُ الْــعِـلْمَ إِلَّا بِسِــتَّةٍ سِأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانِ
ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاصْطِبَارٌ وَبُلْغَةٌ وَإِرْشَادُ أُسْتَاذٍ وَطُـوْلُ زَمَانِ
“Engkau tidak akan mencapai ilmu itu kecuali dengan enam hal. Aku akan jelaskan kepadamu secara garis besarnya: cerdas, sungguh-sungguh, sabar, ada bekal, ada guru yang membimbing dan masa yang panjang.”
Guru mempunyai kedudukan tinggi dalam agam Islam. Hal ini dijelaskan dalam surat al Mujadalh ayat 11: “…Allah akan meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang yang berilmu, beberapa derajat….”.
Guru sebagai pemilik ilmu juga akan mendapatkan pahala yang terus mengalir walau telah meninggal dunia. Sebagaimana dalam hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ : إِذَا مَاتَ اَلْإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالَحٍ يَدْعُو لَهُ – رَوَاهُ مُسْل
“Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Apabila seorang manusia telah meninggal maka terputuslah amalannya kecuali 3 hal yaitu: Shodaqah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya’”
Bahkan apabila ilmu yang diajarkan guru, kemudian yang dididik juga melakukan, si gurupun akan mendapatkan pahalanya juga. Hadits dari Uqbah bin Amr Abu Mas’ud Al-Anshary yang diriwayatkan oleh Muslim
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أجْرِ فَاعِلِهِ
“barangsiapa menunjukkan atas kebaikan maka baginya seperti pahala orang yang melakukannya”
Betapa mulianya profesi dan tugas sebagai guru. Selamat hari guru semoga para guru “SeRoJa”, Sehat Rohani dan Jasmani. Amin.