TANGERANG, Suara Muhammadiyah- Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir didampingi Ketua Umum Pemuda muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak membuka Tanwir Pemuda Muhammadiyah yang digelar di Narita Hotel, Tangerang Senin (28/11). Dalam pidatonya, Haedar mengatakan bahwa Pemuda Muhammadiyah dan Kokam adalah satu dari tonggak kehadiran Muhammadiyah yang cerdas, berilmu, dan berkemajuan.
Oleh karena itu, Pemuda Muhammadiyah dengan semangat Kokam-nya harus terus memupuk jiwa al-Fataa dalam gerak dan dakwahnya.
“al-Fataa adalah jiwa yang berjalan di jalan amar makruf nahi munkar, ia tidak akan menggadaikan dirinya hanya karena uang, tidak akan jadi broker yang mengorbankan martabat dan keluhuran akhlaknya. Ketika ia tidak punya materi, ia punya harga diri,” tuturnya.
Untuk menjadi sosok al-Fataa yang mampu menjawab tantangan zaman saat ini, Pemuda Muhammadiyah harus mengubah performa dengan pertama, mempertinggi dan memperkuat akhlak mulia sebagai basis nilai perilaku.
“Jadikan Akhlak Mulia sebagai basis perilaku yang melahirkan sifat jujur, amanah, terpercaya, itu harga termahal kita dan ciri Muhammadiyah juga Pemuda Muhammadiyah,” lanjutnya.
Kedua, Haedar juga berpesan agar Pemuda Muhammadiyah harus memiliki karakter yang cerdas berilmu. Di tengah segala kesibukan dan aktifitas yang dijalankan oleh Pemuda Muhammadiyah, hendaknya selalu mau berdialog, berdiskusi, dan membangun tradisi literasi. Dengan karakter cerdas berilmu, lanjut Haedar, generasi muda tidak akan mudah dibodohi oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari bangsa Indonesia.
“Karena untuk membangun sebuah narasi besar, narasi nalar yang praksis, maka basisnya adalah kecerdasan dan ilmu,” tukas Haedar.
Haedar pun percaya, bahwa pahlawan-pahlawan besar terdahulu serta tokoh-tokoh Muhammadiyah yang dikenal menjadi pioneer terbentuknya NKRI adalah mereka yang tidak pernah meninggalkan budaya ilmu.
“Saya yakin dulu, Jendral Soedirman, Juanda, Kasman, dan tokoh-tokoh Muhamaduyah yang dikenal jiwanya tegas dan pemberani, adalah mereka yang jiwanya haus akan ilmu dan tidak pernah meninggalkan tradisi Iqra’,” imbuhnya.
Ketiga, dengan menegakkan tradisi Akhlak, Haedar berpesan bahwa gerakan yang dilakukan oleh Pemuda Muhammadiyah harus melahirkan jiwa-jiwa yang mandiri. Haedar pun mengutip pesan Rasulullah yang mengatakan bahwa Mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai Allah dari Mukmin yang lemah.
“Tradisi Akhlak harus berkolaborasi untuk melahirkan jiwa yang mandiri, jiwa yang tidak mudah dibeli apalagi dengan harga tsamanan qalilan,” kata Haedar.
Karena menurut Haedar, di tengah-tengah suasana menegakkan nilai-nilai keislaman, sering kali terdapat pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari peristiwa yang terjadi, atau yang dikatakannya sebagai ‘memancing’ atau ‘mengambil ikan’ di air keruh.
“Itu bukan jiwa Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah,” tegasnya.
Terakhir, Haedar berpesan bahwa bersama Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah dengan dakwah yang dilakukan dengan membumi harus mulai melakukan pemberdayaan ekonomi rakyat dan mengangkat harkat dan martabat kaum kecil dan termarjinalkan. Namun, Haedar menegaskan bahwa jangan sampai hal ini hanya sekedar menjadi retorika belaka.
“Ini adalah konsen Muhammadiyah, dan konsen seluruh pendiri bangsa ini,” tandas Haedar (Th).