MEDAN, Suara Muhammadiyah-Beberapa waktu lalu, di kampus pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, keluarga besar Muhammadiyah Sumatera Utara menggelar acara resepsi Milad Muhammadiyah ke 107 tahun versi kalender hijriyah atau 104 tahun versi kalender masehi. Acara resepsi milad sebagai yang diungkapkan oleh rektor universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang juga bendahara PWM, adalah puncak kegiatan dari rangkaian beberapa kegiatan yang dilaksanakan berkenaan dengan milad Muhammadiyah.
Acara resepsi milad dihadiri oleh keluarga besar Muhammadiyah se Sumatera Utara termasuk ortom tingkat wilayah –dan bahkan menurut Agussani, rektor UMSU ada yang menempuh perjalanan darat 11 jam dari daerahnya–. PDM terjauh yang hadir adalah PDM Tapsel yang bahkan lebih dekat ke Sumatera Barat, kampungnya Prof Yunahar Ilyas, MAg yang memberikan sambutan dan bimbingan dalam acara tersebut.
Acara yang dipandu wakil dekan fakultas hukum UMSU, Zainuddin, diawali dengan pembacaan al Quran sekaligus terjemahannya oleh Rahmatsyah mahasiswa semester V, FAI UMSU. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mars Muhammadiyah oleh tim paduan suara UMSU.
Ketua panitia pelaksana yang juga rektor UMSU menyampaikan beberapa rangkaian kegiatan berkenaan dengan pelaksanaan milad Muhammadiyah. Kegiatan kegiatan pendamping melibatkan warga persyarikatan, seperti pertandingan persahabatan bulutangkis beregu yang diikuti oleh beberapa PDM dengan peserta dalam satu regu harus berusia 107 tahun atau 104 tahun.
Dalam kegiatan yang melibatkan masyarakat adalah pelaksanaan gerak jalan santai yang menyediakan hadiah utama, umroh untuk 3 orang pemenang dan ratusan hadiah hiburan lainnya. Rangkaian terakhir dari kegiatan milad adalah bakti sosial di desa binaan UMSU, yakni Jaring halus suatu daerah pesisir pantai yang berada di kabupaten Langkat. Bakti sosial akan bekerja sama dengan lantamal/pangkalan utama TNI angkata laut I Belawan.
Ketua PWM Sumatera Utara, Prof Hasyimsyah Nasution dalam sambutannya antata lain menyampaikan rasa penasarannya kenapa kelahiran Muhammadiyah harus 8 Zulhijjah, tanggal di mana para jemaah haji bersiap-siap untuk wukuf di Arafah dalam prosesi pelaksanaan ibadah haji.
Kegiatan Milad yang dilaksanakan adalah bahagian dari rasa syukur dan kegembiraan karena capaian-capaian yang telah diperoleh sebagaimana isyarat dalam Surah An Naml, 27:40. 104 tahun usia Muhammadiyah, beda jauh dengan 104 tahun usia manusia yang sangat langka.
Justru dalam usia lebih 1 Abad Muhammadiyah semakin mantap dan eksis, bahkan Aisiyiyahnya melahirkan UNISA (Univeritas Aisyiyah). Semua itu karena Muhammadiyah adalah gerakan islam. Walaupun dibeberapa ranting hanya tinggal plank merek, maka untuk menghindari itu muhammadiyah harus terus bergerak. Kalau tidak boleh jadi beberapa tahun ke depan anak cucu kita hanya menemukan fosil fosil Muhammadiyah.
Sementara itu Prof Yunahar Ilyas MAg yang juga wakil ketua Majelis Ulama Indonesia dalam bimbingan dan arahannya antara lain menjelaskan tema milad “Membangun Karakter Bangsa untuk Indonesia Berkemajuan”. Karakter sama dengan akhlaqul kariimah, berkenaan dengan pribadi seseorang, haalun nafs.
Revolusi mental yang menjadi wacana belakangan ini, menurutnya haruslah dimulai dari pribadi masing-masing. Maka apa yang dilaksanakan KHA Dahlan 1 abad lalu dapat dirasakan sampai sekarang. Ahmad Dahlan melaksanakan ta’liful nafs (memperbaiki personal manusianya) yang langsung beliau contohkan.
Ahmad Dahlan tidak melaksanakan ta’liful kutuub yang menitik beratkan pada penulisan ide. Modern itu sama dengan berkemajuan, secara umum lebih mengutaman amal ketimbang wahyu. Lawannya tradisional. Disinilah Muhammadiyah memainkan perannya. Mengajak ummat bergembira dengan keislamannya.
“Muhammadiyah itu menggembirakan. Karena kehadiran Rasulullah Muhammad saw adalah sebagai basyiira wa nadziira, memberi kabar gembira dan peringatan akan ancaman hari akhir. Maka ketika Muktamarpun yang hadir lebih banyak adalah penggembira,” katanya.
Menurut Yunahar, tugas anggota dan warga persyarikatan adalah mempersiapkan kader, dan itu tidak bisa tidak, harus dimulai dari keluarga masing masing.
Resepsi Milad Muhammadiyah yang dilaksanakan di gedung pasca sarjana UMSU yang juga dihadiri oleh ketua-ketua PWM Sumatera Utara periode sebelumnya, seperti Prof Dr Asymuni, Drs Dalail Ahmad MA diakhiri dengan ramah tamah dan makan siang bersama (Fuad Binjai)