Haedar Nashir: Keislaman dan Keindonesiaan Menyatu Dalam Jiwa Kami Tanpa Harus Digembar-Gemborkan

Haedar Nashir: Keislaman dan Keindonesiaan Menyatu Dalam Jiwa Kami Tanpa Harus Digembar-Gemborkan

TANGERANG, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyatakan bahwa Muhammadiyah sangat mencintai bangsa Indonesia. Identitas keislaman dan keindonesiaan yang melekat pada warga Muhammadiyah menjadi hal yang tidak perlu diperdebatkan.

Kecintaan Muhammadiyah yang sepenuh hati pada bangsa dan negara kadang tidak selalu berbanding lurus dengan balasan yang diberikan oleh negara. “Tapi seperti ibu  yang melahirkan anaknya. Betapapun keadaan telantar dan disakiti, maafnya seluas samudera,” kata Haedar.

“Cintanya pada bangsa dan negara tak pernah lekang, tak pernah surut. Itulah jiwa yang bergelora dalam hati, bahwa keislaman dan keindonesiaan menyatu di dalam tubuh dan jiwa kami tanpa harus digembar-gemborkan,” ungkapnya dalam pidato pembukaan Tanwir Pemuda Muhammadiyah yang digelar di Narita Hotel, Tangerang Senin (28/11).

Haedar menyatakan bahwa Muhammadiyah akan selalu mengabdi pada negeri. Terlepas bagaimana perlakukan negara pada Muhammadiyah. Dengan kemandirian sumber daya yang dimilikinya, Muhammadiyah bisa terus memberi konstribusi.

“Kami sesungguhnya tidak berkepentingan untuk dirangkul, untuk diberi tempat. Karena kami sudah memiliki tempat dan jalan sendiri. Tapi kami tidak ingin egois. Jujur, jika Muhammadiyah egois, Muhammadiyah dengan dirinya sudah cukup, biarin persoalan rakyat, persoalan bangsa diselesaikan oleh negara dan kekuatan-kekuatan negara. Karena itu tugas konstitusional negara,” katanya. Namun Muhammadiyah tidak demikian.

Menurutnya, kecintaan pada Indonesia jangan hanya dijadikan retorika. “Retorika itu seperti buih. Seperti fatamorgana atau seperti burung merak yang enak dipandang,” kata Haedar mengumpamakan. Lebih dari itu, kecintaan pada negeri dibuktikan dengan dedikasi tinggi tanpa pamrih.

Muhammadiyah, kata Haedar dengan caranya ikut serta, mengangkat harkat dan martabat serta menjadikan negara ini maju, meskipun itu merupakan kewajiban konstitusional negara. Namun hal ini juga menjadi kewajiban moral Muhammadiyah.

Oleh karena itu, setiap elemen bangsa harus bergerak bersama dalam membuktikan kecintaan pada bangsa. Haedar mengajak untuk bercermin pada jiwa kenegarawanan para pendiri bangsa. Mereka rela berkorban dan melakukan apapun demi bangsa.

“Kita bergerak lewat pergerakan jamaah, komunitas dan civil society. Nanti ketemu satu sama lain untuk saling mendukung dan menopang,” ujar Haedar Nashir (Ribas).

Exit mobile version