TANGERANG, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyatakan bahwa nilai-nilai ilahiyah harus menjadi pemandu bagi suatu peradaban. Peradaban yang maju dibangun dengan nilai-nilai langit dan bumi.
Bangsa dan peradaban berkemajuan, kata Haedar adalah bangsa yang mampu memadukan nilai moral agama dan ilmu pengetahuan.
“Islam yang nilai-nilai ilahiyahnya menjadi pondasi, bingkai, dan nilai peradaban,” kata Haedar saat pembukaan Tanwir Pemuda Muhammadiyah yang digelar di Narita Hotel, Tangerang Senin (28/11).
Dalam tanwir yang mengusung tema “Meninggikan Akhlak, Membumikan Dakwah untuk Indonesia Berkemajuan” itu, Haedar menyatakan bahwa sesungguhnya Islam lahir dengan narasi untuk membangun peradaban. Islam sebagai din al-hadlarah.
“Narasi peradaban itu banyak dimensinya. Dimensi pertama adalah dimensi iqra. Iqra menjadi perintah pertama. Karena dari sinilah pondasi peradaban dibangun. Iqra di situ bukan sekedar membaca, tetapi juga berfikir, merenung, tadabbur, tafakkur,” papar Haedar.
Menurut Haedar, tugas segenap warga negara dan warga Muhammadiyah pada khususnya adalah membentuk peradaban langit yang membumi dan peradaban bumi yang menggantung ke langit. Haedar menekankan pentingnya keseimbangan antara peradaban langit dan bumi.
“Bukan peradaban secular yang dibangun oleh Barat pasca renaisans. Sebagai dendam dari dominasi agama pada abad sebelumnya yang melahirkan modernism dan alam pikiran secular yang memutus mata rantai agama, kitab suci, nabi dan Tuhan,” urainya.
“Tetapi juga bukan perabadan teosentrisme yang hanya melulu bicara langit, Tuhan dan kitab suci tetapi terputus dari tuntutan-tuntutan kehidupan duniawi yang merubah peradaban dan keadaban. Itulah Islam, din al-hadlarah,” kata Haedar.
“Sehingga peradaban itu tidak bias. Tetapi juga bukan berarti melahirkan golongan manusia yang melarikan dari dari kehidupan dunia. Menjadikan dirinya shaleh sementara dunia dibangun oleh orang-orang zalim yang akhirnya menghancurkan peradaban,” tutur Haedar.
Haedar mengutip QS Al-Qashas ayat 77 yang menunjukkan pentingnya keseimbangan. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Menurut Haedar, ayat ini memiliki cakupan dimensi yang luas. Di antaranya terkait dimensi dunia. Manusia terutama manusia beriman harus mengolah dunia dengan ikhsan, dengan kebaikan yang melampaui.
“Kebaikan yang melampaui itu adalah berbuat baik tidak hanya untuk diri kita, tetapi juga untuk tetangga kita, untuk masyarakat kita, untuk bangsa kita, bahkan untuk semesta kehidupan tanpa diskriminasi agama, ras, golongan, bangsa. Inilh yang disebut dengan ikhsan,” jelasnya
Oleh karena itu, Haedar mengajak Pemuda Muhammadiyah untuk melengkapi sikap gagah, perkasa dengan jiwa yang bermartabat, cerdas, berilmu dan berkemajuan. “Spirit ini adalah salah satu spirit yang tidak pernah lekang ditelan zaman,” paparnya (Ribas).