Karya Muhammadiyah untuk Bangsa Berlandaskan Keikhlasan

Karya Muhammadiyah untuk Bangsa Berlandaskan Keikhlasan

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Persyarikatan Muhammadiyah yang telah berusia lebih dari satu abad, sejak awal telah mendedikasikan diri untuk berkarya bagi kemajuan bangsa. Karya besar Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, social hingga bidang kebudayaan berlandaskan pada nilai-nilai ketulusan dan keikhlasan.

Hal itu dikatakan Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PWM DIY, Robby Habiba Abror, dalam acara diskusi Visi Kebudayaan Muhammadiyah dan Pendidikan Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Bandung, Kamis (24/11). Turut hadir dalam acara itu Ketua STAIM Bandung Dr Hendar Riyadi, Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Prof Asep Saeful Muhtadi, dan Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat Iu Rusliana.

Robby menyatakan bahwa kiprah Persyarikatan Muhammadiyah selama seabad lebih bisa lestari dan dinikmati oleh masyarakat hingga sekarang, karena berangkat dari ketulusan. Dalam mendirikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), para pimpinan dan warga Muhammadiyah telah memahami bahwa yang dilakukannya merupakan ibadah yang mulia. Dikarenakan ibadah, maka balasan yang mesti diharapkan hanyalah dari Tuhan, bukan dari negara atau lainnya.

Prestasi yang telah diraihnya itu, merupakan produk kebudayaan dari Muhammadiyah. Sekolah, rumah sakit, panti asuhan, perguruan tinggi, baitul maal, televisi, radio, majalah, dan karya seni lainnya menjadi ciri hasil kebudayaan Muhammadiyah. Karena itu, ujar Robby, ikhlas merupakan kunci dari berhasilnya Muhammadiyah membangun budaya.

Justru yang terjadi kemudian, negara abai dan melupakan jasa Muhammadiyah dan jasa umat Islam pada umumnya. Negara lebih banyak berpihak pada kaum minoritas dan melupakan jasa mayoritas yang tidak memiliki pengaruh besar secara ekonomi dan politik.

Robby juga menyinggung tentang fenomena budaya masyarakat dalam menyikapi berita dan informasi yang didapat dari media konvensional maupun media sosial. “Umat islam ini menjadi komoditas, Islam jadi berita, dipolitisir, dihantam sana-sini,” ujarnya.

Masyarakat Islam saat ini, tengah dikontrol oleh pihak yang berkepentingan mengambil untung dari kondisi yang ada.  “Kita sedang menghadapai remot kontrol politik,” terang dia. Oleh karena itu, Robby mengingatkan supaya umat Islam tidak mudah diadu domba oleh kondisi seperti ini.

Robby mengharapkan, masyarakat lebih cerdas dalam membudayakan sikap hati-hati ketika mendapatkan berita ataupun informasi yang sangat mudah diperoleh melalui telepon cerdas. Sebab, masih banyak masyarakat yang mereproduksi dan membagikan berita dan informasi yang asal-asul dan kontennya tidak jelas. Berita itu justru menjadi provokasi di tengah-tengah umat.

Terkait dengan kebudayaan dan pendidikan Islam, Robby menyatakan bahwa hal itu bisa diwujudkan dengan mudah ketika dimulai dari individu dan dari hal yang kecil terlebih dahulu. Yaitu dengan memberikan teladan, berbicara yang baik, mengajari keluarga tentang akhlak dan ibadah Nabi Muhammad yang menjadi petunjuk hidup.

Tak kalah penting juga, dalam membangun kebudayaan dan pendidikan Islam, Robby mengatakan, setiap orang harus melibatkan Allah agar setiap langkahnya dinilai ibadah dan berlipat pahala. Hal itu sebagaimana dicontohkan para pendiri Muhammadiyah (Ribas).

Exit mobile version