TANGERANG, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan para elit bangsa untuk menjadi teladan yang baik bagi warganya. Jika para elit bangsa rusak maka kerusakan itu juga akan merasuk dan menyebar ke lapisan di bawahnya.
Keadaan itu diumpamakan Haedar layaknya ikan yang membusuk. Bermula dari kepala lalu menyebar ke seluruh tubuh ikan. Supaya kebusukan itu tidak terjadi, maka para pemimpin harus menjadikan agama dan Pancasila sebagai nilai-nilai luhur yang selalu dipraktekkan.
“Kalau kita ingin maju dan Indonesia berkemajuan, maka salah satu syaratnya adalah bagaimana menjadikan para elit bangsa kita itu menjadikan agama dan pancasila yang mengawal republic ini pada rel dan menjadi teladan terbaik,” ujar Haedar.
Jika tidak ada kesadaran baru untuk berubah, maka Haedar mengkhawatirkan bangsa ini akan jauh dari rahmat Tuhan. “Boleh jadi rahmat Allah tidak akan turun,” ujar Haedar sambil mengutip QS Al-Isra ayat 16:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta’ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
Keadaan seperti digambarkan dalam ayat itu dikhawatirkan Haedar menimpa Indonesia. Yaitu ketika para pemimpin yang mengaku melakukan pembangunan, tanpa disadari sebenarnya ia merusak, baik merusak lingkungan maupun bidang lainnya. “Banyak sekarang orang membangun tetapi sesungguhnya merusak,” ujarnya.
“Betapa kekayaan alam kita luar biasa. Tetapi sekarang alam itu habis, hancur, rusak dan menjadi petaka buat kita. Bahkan kita tidak berdaulat terhadap tanah, air kita sendiri. Karena ada segelintir orang di republic ini yang nafsunya berlebih, karena berkuasa, lalu atas nama membangun, sesungguhnya dia merusak alam, merusak Indonesia, merusak kehidupan bangsa,” kata Haedar.
Haedar mengingatkan bahwa saat ini terjadi kesenjangan yang luar biasa di Indonesia. “Ketika kita mengutip ada 1 persen orang di Indonesia menguasai Indonesia sepenuhnya, semua orang menyakininya, bahkan pendapat lain mengatakan kurang dari 1 persen. Ini menunjukkan bahwa bangsa kita yang tidak maju-maju bukan sekedar urusan harta, tetapi juga ada nafsu berlebih yang tak pernah puas-puas. Yang dirugikan adalah rakyat,” paparnya.
Terhadap segelintir orang yang ingin menguasai Indonesia dengan hasrat kuasa berlebih ini, Haedar mengingatkan tentang pesan Bung Karno, “Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!”.
Haedar berpesan supaya tidak ada pihak yang ambisius untuk memiliki Indonesia dengan nafsu chauvisnis. Seharusnya para elit dan siapapun itu memperbaiki perilakunya, demi kesejahteraan rakyat yang lebih luas.
“Ia makan dengan makan yang halalan tayyiban. Ia berkuasa dengan jalan yang demokratis dan berkeadaban, maka sepuluh lima puluh tahun kedepan, jika berkeadaban seperti itu, maka Indonesia seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa, akan tercapai,” ujarnya (Ribas).