BANGKALAN, Suara Muhammadiyah – Sejumlah peserta bazaar dari Pimpinan Cabang Aisiyah tampak sibuk menata barang-barang dan menawarkan pada pengunjung yang berlalu lalang di dalam terop stand bazar di samping pintu masuk VVIP Stadion Gelora Bangkalan, Ahad (27/11) lalu. Deretan stand bazaar yang menjajakan berbagai produk tersebut turut meramaikan Milad Muhammadiyah 107 Hijriyah yang digelar di Bangkalan.
Barang-barang yang ada di stand mereka tentunya adalah khas yang dibawa dari daerah masing-masing. Salah satunya, berasal dari PCA Brondong Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, dengan makanan kemasan khas olahan dari ikan laut (seafood).
“Produk olahan ikan ini dalam bentuk pentol, nuget, dan paling banyak krupuk. Semua kaya kandungan seafood,” kata Zuhrotul Titik Khotimah, ketua Majelis Ekonomi PCA Brondong yang turut sibuk di dalam stand bazar.
Menariknya, produk kemasan makanan ringan dari olahan ikan laut ini banyak diproduksi secara mandiri oleh warga dan jamaah Aisiyah yang bermukim di pesisir Utara Lamongan ini. Makanan ringan produksi rumah tangga (home industry) ini seperti yang diproduksi dengan nama kelompok usaha Bueka Surya Makmur, singkatan dari Bina Usaha Ekonomi Aisyiyah. Produksi olahan ikan home industri milik ibu-ibu Aisiyah PCA Brondong ini merupakan wadah binaan Majelis Ekonomi PCA Aisiyah setempat.
“Kami harus membina dan ikut menjalankan produksi makanan olahan yang sudah banyak diproduksi para ibu Aisiyah di ranting-ranting dalam kelompok usaha ini, seperti di Ranting Sidomukti, Brengkok, dan Wedung,” imbuh Titik.
Ditambahkan, kelompok usaha ini sudah memiliki setidak 10 tempat home industri dan tiap tempat produksi dikloning lagi dengan 2-10 karyawan.
Akan tetapi, hasil produksi kelompok usaha makanan olahan Bueka Surya Makmur ini sejauh ini larisnya hanya pada momen-momen tertentu. Ini karena pemasaran produk masih kurang. Selain itu, peralatan produksi yang masih manual membuat pesanan banyak tidak bisa dipenuhi.
“Keterbatasan alat produksi tidak nutut penuhi pesanan. Dukungan kemasan produksi dan pemasaran juga kurang. Kami berharap ada dukungan untuk keterbatasan itu,” kata Nanik Zuraidah, wakil ketua PCA Brondong.
Selain produk makanan kering, warga Aisiyah juga membawa buah golden melon khas dari Desa Sendangharjo, Brondong. Buah melon ini juga diharapkan bisa dihasilkan dari budidaya warga yang ada di ranting di desa lainnya.
“Beberapa warga ranting dari sejumlah desa perlu diajak budidaya buah ini. Tidak tergantung musim, setiap tiga bulan sekali bisa panen dengan harga jual minimal Rp 10 per kilogramnya. Jika buah unggul kualitasnya, bisa lebih mahal dan bisa dipasarkan hingga Jakarta,” tambah Mualis, sekretaria II PCA Brondong (amin).