TANGERAN, Suara Muhammadiyah-Dalam penutupan tanwir Pemuda Muhammadiyah I, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir sempat mencontohkan tentang persahabatan beda ideologi antara pendiri Muhammadiyah dan tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Menurut Haedar, sikap Kyai Ahmad Dahlan itu sangat patut diteladani. Meskipun berbeda pandangan dalam banyak hal, persaudaraan yang tulus mesti dibangun. Dimulai dengan sikap saling menghargai dan saling berdialog. Hal itu sebagai perwujudan hablum min al-nas, dengan semua latar belakang manusia.
Haedar mengingatkan para peserta tanwir untuk senantiasa menghargai perbedaan pendapat. Sikap itu dianggap sebagai keharusan dalam membentuk peradaban berkemajuan. Terlebih dalam suasana bangsa yang sangat majemuk seperti halnya Indonesia.
Alimin yang dikenal sebagai aktivis PKI, kata Haedar, berteman sangat dekat dengan kyai Dahlan. Meskipun berbeda pandangan, mereka berteman, saling bertukar pikiran dan menghargai perbedaan. “Pergaulan yang begitu intens biarpun dalam perbedaan ideologi itu membekas di hati Alimin,” ujar Haedar.
Muhammadiyah memiliki ciri khas pada karakter sang pendirinya, Kyai Dahlan, yang mengambil uswah dari pembawa risalah pencerahan, Nabi Muhammad. Kyai Dahlan berusaha mengikuti sunnah Nabi dalam hal berakhlak mulia, memberi maaf, mengetengahkan dialog, dan sama-sama memajukan peradaban.
Kesalehan harus berwujud dalam laku utama pergaulan sehari-hari. “Kyai haji Ahmad Dahlan adalah sosok yang jujur, yang soleh. Sikap hidupnya sederhana dan tidak sombong. Ia bahkan tidak pernah mencela orang. Itu pengakuan seorang Alimin,” tutur Haedar Nashir. (ribas)