TANGERANG, Suara Muhammadiyah – Dalam acara Penutupan Tanwir I Pemuda Muhammadiyah yang turut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan kembali sejarah kedekatan Presiden Soekarno dan Muhammadiyah.
Dalam banyak hal, antara Muhammadiyah dan Soekarno memiliki banyak kesamaan dalam memaknai Islam yang mencerahkan dan tidak jumud. “Soekarno berujar, dan dari Muhammadiyah saya memperoleh inspirasi Islam berkemajuan,” ucap Haedar dalam penutupan tanwir di Hotel Narita Tangerang, Rabu (30/11).
Kedekatan Soekarno dan Muhammadiyah terutama dikarenakan Soekarno yang jatuh hati dengan cara dakwah dan pandangan Kyai Dahlan yang terbuka dan melampaui zamannya ketika itu. Ketika Ahmad Dahlan mengisi pengajian di kediaman Tjokroaminoto di Surabaya, Soekarno selalu terinspirasi dengan pandangan Kyai Dahlan.
“Soekarno muda saat itu terkesan dan jatuh hati dengan tausyiah Kyai Dahlan, yang kemudian mengantarkan Soekarno pada tahun 1930 masuk menjadi anggota Muhammadiyah, dan pada tahun 1933 Soekarno menjadi Pimpinan Muhammadiyah Bengkulu,” ujar Haedar,
Soekarno muda saat itu pernah mengalami kegelisahan akan agama dan belum memahami Islam seutuhnya. Namun kemudian melalui dakwah Kyai Dahlan, telah membawanya pada pencerahan dan membangkitkan keislamannya yang berkemajuan. Selain tentunya karena persahabatannya dengan Tjokroaminoto dan tokoh bangsa lainnya.
Supaya Islam berkemajuan selalu menjadi spirit Muhammadiyah dan supaya objek dakwah memperoleh pencerahan sebagaimana halnya Soekarno, Haedar mengingatkan supaya dalam berdakwah harus dilakukan dengan cara yang makruf. Mendakwahkan Islam yang menjadi penyejuk bagi semesta.
“Dakwah itu harus yang mencerdaskan, dakwah yang mencerahkan, bukan dakwah yang menyempit, bukan dakwah yang memberi rasa takut,” kata Haedar (Ribas).