Oleh: David Efendi
Divisi Museum dan Kearsipan MPI PP Muhammadiyah
Suara Muhammadiyah- Museum, sebagai ruang edukasi publik yang dinamis, merupakan fungsi yang sangat penting dari keberadaanya. Hal ini juga memberikan jembatan bahwa museum hari ini adalah suatu titik berangkat dari/ke masa depan, sebagai bagian dari teologi ‘al-ashr’ KH Ahmad Dahlan. Masa depan berpijak pada capaian-capaian besar yang sudah didapatkan generasi yang telah/sedang berjalan. Karena itu, gagasan pendirian Museum ‘Nasional’ Muhammadiyah, yang dipelopori oleh Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah ini sangat perlu didukung dan diupayakan secara massif, terstruktur, dan sistemik. Kerja-kerja museum adalah kerja-kerja mendokumentasikan pengetahuan yang dianggap telah berguna, untuk memperbaiki kehidupan masyarakat, baik secara langsung maupun tak langsung. Keinginan untuk terus-menerus merawat tindakan berkemajuan ala Muhammadiyah yang berguna untuk bangsa, barangkali dapat menjadi salah satu manifestasi dari visi-misi mengapa pembangunan museum ini menjadi suatu keniscayaan sejarah Muhammadiyah.
Museum, secara luas, dipahami sebagai bangunan yang penting untuk menyimpan bukti-bukti sejarah yang memiliki nilai budaya tertentu. Warga Muhammadiyah sudah seharusnya memilikinya untuk mengapresiasi kiprah ‘berkemajuan’ yang sudah melampaui satu abad usianya. Gagasan pewujudan Museum Muhammadiyah ini memang sudah cukup lama, sekitar tahun 2008 sudah mengemuka rencana membangun museum ini. Karena Museum Muhammadiyah hanya ada satu di dunia, tentu jika dibangun harus menjadi terbaik. Jadi, gerakan untuk membangun museum ini seyogyanya adalah menciptakan dokumen kerja sejarah gerakan Islam yang menjadi center of excellent peradaban Islam.
Museum-museum modern atau klasik pada dasarnya memiliki beberapa kesamaan, yaitu menyangkut tiga prinsip pariwisata: what to see, what to do, and what to buy. Museum Muhammadiyah nantinya diharapkan dapat menjadi tempat untuk menunjukkan sejarah Muhammadiyah dan dapat diakses oleh masyarakat secara luas baik warga Muhammadiyah, masyarakat umum, peminat sejarah baik dalam maupun luar negeri. Museum Muhammadiyah diharapkan menjadi pusat informasi yang ‘terbaik’ dan ‘lengkap’, mengenai A-Z Muhammadiyah bagi kalangan masyarakat Muhammadiyah maupun publik. Selain keaslian benda dan dokumen, barangkali juga dapat bekerja sama dengan museum lain yang dapat melengkapi (yang asli), jika tidak tersedia yang asli di Museum Muhammadiyah.
Pandangan Masyarakat dan Negara Maju tentang Museum
Ada perubahan pandangan yang sangat kuat atas sikap masyarakat terhadap museum. Beberapa tahun silam, barangkali banyak orang melihat museum sebagai tempat wisata yang ‘kuno’ dan ‘ketinggalan zaman’. Namun, setelah kita banyak membaca, ternyata, negara-negara maju sekalipun sangat besar perhatiannya terhadap keberadaan museum. Di Amerika, setiap negara bagian mempunyai ratusan museum dan perpustakaan yang sangat representatif. Dari website http://www.museumsusa.org/museums/ tercatat ada lebih dari 35,000 di Amerika serikat, tepatnya ada 35,144 buah museum dan diantaranya terdapat 35,000 yang aktif beroperasi (laporan dari Institute of Museum and Library Service). Data ini menunjukkan adanya pertumbuhan museum sebanyak dua kali lipat sejak tahun 1990-an. Ada sebanyak 25 tipe museum di Amerika, mulai dari museum umum, seni, botanica, antropologi, arsitek, zoo, dan lain-lain.
Gairah merawat museum di negara maju ini barangkali juga dipicu oleh paradigm inklusif yang memandang museum sebagai karya kreatif manusia. Selain itu, pandangan bahwa sebuah museum tidak terpaku pada bentuk konvensional dari museum, misalnya, terdapat gedung besar yang menjadi ruang displai segala artefak masa lalu dari masyarakat atau komunitas yang sudah punah. Jadi, museum bukan sekedar gedung-gedung yang sumuk dan gelap, tetapi dapat berwujud sebagai ruang terbuka yang bermakna. Tentu, museum juga bukan sekedar situs untuk memenuhi hasrat berfoto selfie, seperti yang sekarang ini tengah marak membudaya.
Museum Muhammadiyah merupakan jenis museum yang ‘tumbuh’ atau bergerak, karena Muhammadiyah juga terus bergerak, berkiprah dengan segala capaian dan dinamika dalam merespon zaman yang juga terus bergerak. Saat ini banyak berkembang beragam jenis museum, seperti eco-museum, museum komunitas, dan museum umum. Kini, museum bukan sekedar bangunan yang dibangun dengan bangunan modern dan kontemporer. Museum saat ini dapat melibatkan masyarakat yang hidup, kawasan, praktik kehidupannya, suasana mengalami, dan suasana. Barangkali ini yang disebut sebagai museum hidup (living museum). Ini bisa dilakukan dengan melibatkan masyarakat baik sebagai penggerak atau pengelola. Kampung Suku Naga, di Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya itu merupakan sebuah ecomuseum. Kampoeng Kauman, Kotagede, Karangkajen, atau yang dikenal dengan 3 K, tentu punya prospek sangat besar sebagai model ecomuseum yang bakal dikelola oleh Muhammadiyah.
Akhirnya, membangun Museum Muhammadiyah tentu tidak hanya ditujukan untuk kepentingan masa kini, lebih dari itu, sebenarnya hal ini adalah kerja mengapresiasi masa depan. Pembangunan Museum ini bertujuan agar generasi penerus Muhammadiyah dapat menyaksikan perjuangan para pendiri Muhammadiyah dan kegiatan-kegiatan apa saja yang pernah dilakukan, melalui museum tersebut. Hal ini mengingat bahwa dokumen memiliki peran penting terhadap perkembangan Muhammadiyah untuk memproyeksikan kemajuan beberapa abad ke depan. Pembangunan Museum Muhammadiyah, tentu saja, bukan dalam rangka mengkultuskan benda-benda, tetapi memberikan makna atas nilai-nilai yang terkandung dalam material (dokumen fisik) untuk memberikan panduan hidup bijak.