Gelar Dialog Sunni-Syiah, Bahtiar Effendy: Bisa Harmonis dengan Agama Berbeda, Kenapa tidak dengan Sesama?

Gelar Dialog Sunni-Syiah, Bahtiar Effendy: Bisa Harmonis dengan Agama Berbeda, Kenapa tidak dengan Sesama?

JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri, Prof Bahtiar Effendy menyatakan bahwa segenap komponen muslim seharusnya lebih bisa bersatu. Sebabnya, mereka telah diikat oleh banyak sekali kesamaan.  Perbedaan yang  ada hanyalah dalam persoalan pemahaman.

Selama ini, para penganut agama berbeda bisa saling menjaga kerukunan dengan baik. Hal itu sebagai bukti bahwa seharusnya antar sesama agama yang mengucapkan syahadat yang sama dan kiblat yang sama, lebih potensial untuk membangun peradaban berkemajuan yang penuh persaudaraan.

Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah merasa perlu untuk melakukan berbagai upaya guna mempertemukan para mazhab dan aliran yang berbeda. Adanya pertemuan dan saling dialog antar dan intra agama merupakan langkah awal membangun persaudaraan yang tulus.

Bertempat di gedung Nusantara V MPR RI, Rabu (30/11), LHKI menggelar Konferensi Internasional Negara-Negara Islam. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Kedutaan Besar Republik Iran.

Bahtiar Effendy dalam sambutannya mengatakan bahwa konferensi ini bertujuan untuk menggalang persatuan umat Islam terutama antar dua arus besar yang berkembang di seluruh dunia. Selama ini, dua arus ini dianggap tidak mungkin untuk bertemu.

“Kita berusaha untuk menyatukan antara Sunni dan Syiah melalui dialog-dialog yang positif dan konstruktif, di sisi lain kita juga akan membangun dan mengembangkan rasa ukhuwah islamiyah dengan kelompok-kelompok lain,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Bahtiar sempat mempertanyakan keheranannya dengan sikap umat Islam yang sulit bersatu. Bahtiar menilai hal itu sangat tidak rasional. Perbedaan pemahaman, aliran, dan mazhab itu dianggap tidak akan pernah bisa selesai, tanpa adanya dialog yang tulus untuk saling memahami dan menghargai perbedaan.

“Kenapa kita bisa berhubungan baik dengan agama-agama berbeda tetapi dengan kalangan penganut-penganuut mazhab Islam sendiri susah bersatu, ini agak tidak masuk akal, ” kata Bahtiar.

Keberadaan umat Islam yang terpecah-belah dan kerap menimbulkan konflik sektarianisme dianggap beresiko membawa kepada keterpurukan umat yang lebih dalam. Oleh karena itu, kegiatan Konferensi Internasional Negara-Negara Islam sebagai langkah awal untuk mencari solusi terbaik. (ribas)

Exit mobile version