YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Kekejaman militer Myanmar melakukan pembunuhan, pengusiran, hingga pemerkosaan terhadap ribuan etnis Rohingya di Rakhine telah menggugah rasa kemanusiaan penduduk dunia. Menurut Human Right Watch, setidaknya 1.250 rumah milik etnis Rohingya di lima desa di Rakhine dibakar secara sengaja oleh pihak militer.
Pemerintah Myanmar berdalih bahwa yang terjadi di Rakhine adalah pemberangusan kelompok teroris, yang menyerang pos polisi dan menewaskan sejumlah petugas pada 9 November lalu. Media pemerintah, Global New Light of Myanmar, menuliskan bahwa yang dilakukan di Distrik Maungtaw, Rakhine, adalah untuk meningkatkan kedamaian dan kesejahteraan rakyat.
Ribuan warga Rohingya yang terampas hak kemanusiaannya mempertaruhkan nyawa dengan mengungsi ke Banglades dan beberapa negara lainnya. Manusia-manusia perahu bertebaran di penjuru laut mencari perlindungan dan suaka hingga ke Indonesia.
“Mereka ada di Aceh, di Medan, di Jember, di Tegal dan ada dimana-mana. Penderitaan mereka semakin parah karena mereka dianggap sebagai manusia-manusia liar, mereka tidak di akui di negerinya sendiri sebagai warga negara Myanmar,” ungkap sekretaris Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (SPM) IMM Sleman, Lailia Putri Chanifa.
Menurut Lailia, sampai hari ini umat Islam Rohingya mengalami penderitaan dan kesengsaraan atas kezaliman dan kebiadaban rezim Myanmar. Ratusan masjid dan mushola sudah menjadi puing hancur berantakan.
“Banyak anak-anak menjadi yatim dan piatu, banyak istri kehilangan suami sekarang telah menjadi janda, banyak mereka berpisah dari keluarga, harta benda mereka habis dirampok, dijarah, rumah mereka dibakar, anak-anak perempuan mereka diperkosa, para pengungsi hidup di bawah tekanan,” tuturnya.
Hal yang sama diungkapkan ketua bidang SPM IMM Sleman, Joko Riyanto. Menurutnya, aksi perkusian yang dilakukan rezim Myanmar telah melanggar hak-hak asasi setiap manusia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diharapkan supaya tidak hanya diam saja.
“Genocide (pembersihan etnis) muslim telah dilakukan oleh rezim Myanmar dan orang-orang Budha. PBB tak berkutik, belum ada yang bisa menghentikan kezaliman ini. Akankah kita membiarkan mereka dan mendiamkan mereka. Apa kita tidak tergerak untuk menolong dan membantu mereka atau hati kita sudah tertutup dengan kemewahan dunia? Akankah kita biarkan mereka habis dan punah?,” ujar Joko.
Dalam menyikapi hal itu, IMM Sleman melakukan aksi solidaritas dan penggalangan dana untuk muslim Rohingya, pada Sabtu, 3 Desember 2016. Aksi penggalangan dana yang diikuti puluhan kader dan pimpinan IMM Sleman itu dipusatkan di perempatan Tugu Yogyakarta.
“Kita serukan jihad untuk membela saudara-saudara kita muslim Rohingya, menekan dan mengutuk pemerintah Myanmar untuk menghentikan kezalimannya dan siapkan pundi-pundi rupiah saudara-saudara semua untuk mengisi kantong-kantong Save Rohingya,” kata ketua IMM Sleman Ayu Inna Karomatika.
Dalam aksi yang berlangsung selama lebih kurang dua jam itu, IMM Sleman berhasil mengumpulkan dana Rp 2.725.000. Aksi serupa direncanakan akan digelar kembali di hari berbeda. Dana yang terkumpul dari para pengguna lalu lintas di Yogyakarta itu akan disalurkan melalui Lazismu dan MDMC (Ribas).