MPM PP Muhammadiyah Hadiri Temu Disabilitas Sleman

MPM PP Muhammadiyah Hadiri Temu Disabilitas Sleman

SLEMAN, Suara Muhammadiyah-Empat Fasilitator MPM PP Muhammadiyah Menghadiri Acara Temu Disabilitas di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman D.I. Yogyakarta, Senin (05/12/2016). Pada pelaksaan Temu Disabilitas ini mengangkat tema “wujudkan Sleman Tanpa Kekerasan”. 178 Penyandang Disabilitas di Kabupaten Sleman ikut memeriahkan temu disabilitas ini. Selain penyandang disabilitas, hadir pula perwakilan instansi pemerintah kabupaten Sleman.

Acara dibuka dengan sambutan Ketua PPDI Sleman dan perwakilan Bupati Sleman, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai tanda peringatan Hari Disabilitas Internasional sekaligus Hari Ibu sedunia. Kemudian pembagian jaket oleh CIQAL kepada Ketua PPDI SLEMAN, Perwakilan Nakersos, Perwakilan Polres Sleman, Perwakilan Badan KB, Perwakilan Bupati Sleman, Perwakilan KPU, dan Perwakilan DPRD.

Tujuan pemberian jaket tersebut sebagai bentuk dukungan pengesahan RUU Pencegahan Kekerasan Seksual pada perempuan penyandang disabilitas dan turut mewujudkan Sleman tanpa kekerasan. Selanjutnya, pemaparan hasil Karya Tulis Ilmiah dari Mahasiswa Penyandang Disabilitas Berprestasi bernama Muhammad Husen yang saat ini menempuh kuliah Ilmu Komputer di salah satu kampus ternama di Yogyakarta, Universitas Gajah Mada.

Acara inti, dimulai dengan pemberian materi oleh Ibu Nuning, Ketua Direktur CIQAL. Materi yang disampaikan tentang Perempuan dan Anak dengan Disabilitas Korban Kekerasan dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat.

“Perempuan dan Anak-anak Penyandang disabilitas adalah setara dengan yang lainnya, mereka butuh dilatih, diberi keterampilan sehingga mereka mampu mandiri”. Kata Nuning.

Selain itu, kondisi saat ini perempuan-perempuan penyandang disabilitas belum mendapatkan posisi yang setara misalnya di instansi pemerintah, Komisi Pemilihan Umum dan lainnya. Perempuan disabilitas perannya masih rendah. Harapannya perempuan disabilitas dapat membuktikan bahwa Penyandan disabilitas juga mampu ikut andil dalam memajukan pembangunan Indonesia.

Perempuan disabilitas dikatakan rentan karena belum masuk arus utama dalam berbagai program dan multisektor, memiliki daya tawar yang rendah, dan membutuhkan penanganan khusus. Bentuk kerentanan yang dialami antara lain akses transportasi, akses layanan kesehatan, hak konstitusi, kebijakan-kebijakan yang mendiskriminasi. Acara ditutup dengan hiburan dari Penyandang disabilitas (Ririn Nopiah).

Exit mobile version