YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Gempa bumi yang mengguncang sejumlah daerah di Aceh pada Rabu (7/12) pagi menyebabkan puluhan meninggal, ratusan terluka dan kerugian material yang tak sedikit. Gempa terjadi sekitar pukul 05.00 dengan kekuatan 6,5 skala richter. MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) lakukan aksi cepat tanggap bencana dengan mengerahkan beberapa relawan dan tim ahli.
Budi Setiawan, Ketua MDMC mengatakan bahwa MDMC menyiapkan beberapa tim medis yang terdiri dari dokter spesialis ortopedi dan tim anestesi, tim Urban SAR, serta tim asistensi untuk melakukan assesment. “Selain tim medis, MDMC menyiapkan tim Urban SAR. Karena gempa terjadi di pemukiman warga, maka tim Urban SAR disiapkan agar dapat mengevakuasi korban dengan cara membongkar bangunan tanpa membahayakan korban. Malam ini sudah berangkat 4 orang dan sudan membentuk posko di Pidie untuk penanganan awal,” terangnya, Rabu (7/12)
Kesiapsiagaan dalam menangani gempa Pidie oleh MDMC dilakukan dalam tiga klaster yaitu kesehatan, pendampingan pengungsi (psikososial), serta pendidikan. 3 hari pertama pasca bencana MDMC memfokuskan pada kesehatan dengan mengerahkan beberapa tim medis. Selanjutnya pendampingan pengungsi dengan memperhatikan aspek-aspek psikologis khususnya bagi orang tua dan anak. Pendampingan ini difokuskan pada kelompok rentan yaitu orang tua dan anak-anak, serta diberlakukannya IFE (Infant Feeding Emmergency) berupa pemberian ASI di daerah bencana. “Untuk mengatasi masalah pendidikan, nantinya MDMC akan membangun sekolah darurat. Intinya jangan sampai anak-anak tidak sekolah hingga lebih dari satu minggu,” tegas Budi.
MDMC bekerjasama dengan Lazismu terkait pendanaan dalam penanganan gempa Pidie aceh ini. Budi menerangkan bahwa Muhammadiyah menjadi agen utuk menginisiasi karena pergerakannya merata di semua lini. “Kuncinya adalah koordinasi. Karena Muhammadiyah ini persyarikatan yang besar dan ada di mana-mana, sehingga aksi tanggap bencana ini bisa dilakukan dengan cepat dan kesulitan yang ada tidak memnjadi masalah yang berarti. Relawan yang ditunjuk untuk turun ke lapangan pun adalah relawan yang sudah terlatih dan dibuktikan dengan sertifikat,” tutrnya. (Yusri)