MAGELANG, Suara Muhammadiyah-Tanggal 18 November menjadi sebuah momentum bersejarah bagi Muhammadiyah. Sosok pemuda yang dikenal dengan nama Muhammad Darwis kala itu telah bertekat membangun sebuah peradaban baru melalui persyarikatan yang diberi nama Muhammadiyah. Muhammadiyah lahir untuk menjawab sebuah permasalahan umat yang begitu kompleks. Nuansa jahiliyah (kebodohan), kejumudan (kebekuan) berfikir, lemahnya ekonomi umat, dan berbagai problem menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Muhammadiyah untuk selalu berkiprah menjadi garda depan dalam mengabdi untuk umat. Umur persyarikatan kini tidaklah muda lagi.
Usia 104 tahun dalam hitungan miladiyah bukanlah waktu yang pendek. Butuh perjuangan panjang ketika Muhammadiyah harus berjalan melawan arus dari biasanya. Muhammad Darwis yang dikenal dengan KH. A. Dahlan merupakan seorang pemuda yang pada saat itu telah melampaui pada zamannya.
Dengan semangat tajdid (perubahan) Muhammadiyah selalu mencoba melakukan sebuah gerakan pembaharuan sehingga mampu dirasakan oleh umat. Muhammadiyah selalu mencoba menetaskan para kader penerusnya untuk membuat sebuah cerita sejarah kembali. Pemuda Muhammadiyah adalah anak kandung Muhammadiyah yang siap menjadi pelangsung dan penerus cita-cita besar Muhammadiyah. Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makasar melahirkan grand desain tentang berkemajuan.
Dari tingkat pusat hingga ranting, desain berkemajuan ini menjadi sebuah gaung utama Muhammadiyah. Muhammadiyah harus menjadi corong besar yang tidak pernah bosan menyebarkan nilai-nilai berkemajuan. Di tengah problematika bangsa yang begitu pelik, Muhammadiya selalu hadir untuk menyelesaikan permasalahan bangsa ini. Salah satu problem yang menjadi analisis sosial Pemuda Muhammadiyah Kota Magelang dalam konteks kedaerahan atau lokal yaitu belum maksimalnya pemerintah dalam memperhatikan kaum marginal seperti halnya teman-teman difabel.
Sebagaimana keputusan tanfid PP Muhammadiyah dalam Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makasar yaitu tentang dakwah dikalangan kaum marginal, maka dalam milad Muhammadiyah ke 104 M Pemuda Muhammadiyah Kota Magelang berkolaborasi dengan Lazismu mengadakan kegiatan bertajuk “Pengajian dan Pentas Seni Tuli”. Dalam kegiatan ini, mengundang teman-teman tuli magelang dan sekitarnya yang tergabung dalam Magelang Deaf Comunity (MDC) untuk mengekspresikan dirinya kepada publik. Ditengah keterbatasannya ada sebuah potensi yang banyak orang memandang dengan sebelah mata. Dari mulai pantomim hingga puisi menggunakan bahasa isyarat ia tampilkan dalam pentas tersebut.
Rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan pengajian singkat dan dilanjutkan pentas seni dari masing-masing rekan tuli yang sudah ditunjuk sebagai pengisi acara tersebut. Dalam sambutannya, Was’un selaku sekretaris Pemuda Muhammadiyah Kota Magelang menuturkan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk membekali wawasan keagamaan kepada teman-teman tuli Magelang. Selain itu, kegiatan tersebut juga untuk memperlihatkan kepada publik bahwa seorang tuli mempunyai potensi hebat yang kadang banyak orang yang belum tahu. “Melalui kegiatan yang bertajuk pengajian dan pentas tuli tersebut setidaknya memberikan ruang gerak potensi kepada teman-teman tuli yang ada di Magelang dan sekitarnya”, ungkapnya.
Selain itu, Rifqi Muhammad selaku perwakilan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Magelang yang membuka acara tersebut juga menuturkan bahwa Muhammadiyah mengapresiasi atas apa yang dilakukan oleh Pemuda Muhammadiyah. Kegiatan positif tersebut menurutnya bukti bahwa pemuda Muhammadiyah adalah kader yang siap melanjutkan perjuangan Muhammadiyah dengan selalu berfastabiqul khoirat. Semangat berkemajuan dan melayani umat tak boleh lekang oleh zaman. Karena pada saatnya, semua akan memimpin Muhammadiyah dan harus siap membawa Persyarikatan ini menjadi lebih baik (FF).