YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Prof Muhadjir Effendy melakukan kunjungan ke beberapa sekolah yang rusak serta guru yang menjadi korban akibat gempa bumi 6,5 SR di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
“Kami ikut prihatin atas kejadian itu. Hari ini Insya Allah, saya akan berangkat, khususnya akan meninjau sarana pendidikan yang terdampak dan para guru yang jadi korban,” ujar Mendikbud di Jakarta, Kamis (8/12).
Menurutnya, puluhan sekolah mengalami kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Selain itu, tiga pendidik dan tenaga kependidikan meninggal dunia. Mereka adalah Sakdiah Guru SDN 1 Trienggadeng, Rita Zahra Guru TK dan Basri Penjaga SMAN 1 Trienggadeng. “Kami berupaya agar sekolah yang rusak segera diperbaiki dan kami juga akan mendirikan sekolah darurat,” katanya.
Sementara itu, Staf Khusus Mendikbud Bidang Komunikasi Publik, Nasrullah, mengatakan Kemdikbud mengupayakan sekolah darurat dan bekerja sama dengan kementerian kesehatan dan kemensos untuk penanganan media korban dan terapi trauma. “Semua sekolah dampak gempa jadi prioritas revitalisasi pembangunan sekolah,” lanjut Nasrullah.
Pihak Kemdikbud memperkirakan jumlah sekolah yang rusak akibat gempa akan semakin bertambah. “Tim Kemdikbud sedang mendata, jumlah sekolah yang rusak. Kemungkinan besar jumlahnya semakin bertambah,” kata Nasrullah.
Pada Jumat (9/12), Muhadjir yang didampingi oleh Sekjen Kemdikbud Didik Suhardi dan Majelis Dikdasmen PWM Aceh, memulai agenda kunjungan dengan mendatangi SMK Negeri Bandar Baru. Sebagian besar ruang kelas di sekolah itu mengalami retak.
Ada 2 laboratorium yang kini rata dengan tanah. Laboratorium yang biasa digunakan untuk praktik bongkar motor biasa dipakai menginap oleh siswa. Beruntung, pada saat kejadian gempa tak ada siswa yang menginap.
Muhadjir dan rombongan kemudian mengunjungi SDN Peulandok dan SDN Masjid Tringgandeng. Kedua bengunan sekolah itu masih utuh, namun bagian dalamnya telah rapuh.
Rombongan selanjutnya berkunjung ke rumah duka seorang guru SDN 1 Tringgandeng, Sakdiyah. Almarhumah meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan rumahnya bersama suami dan anaknya. Sakdiyah meninggalkan seorang anak bungsu. Muhadjir ikut memberikan santunan tunai untuk anak bungsu Sakdiyah (Ribas).