Dalam Penerapan Pendidikan Akhlak, Muhammadiyah Harus Menjadi Contoh

Dalam Penerapan Pendidikan Akhlak, Muhammadiyah Harus Menjadi Contoh

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Berbagai problem di kehidupan sosial salah satunya muncul karena kurangnya perhatian terhadap pendidikan akhlak . Sebagai penyelenggara pendidikan terbesar di di Indonesia, Muhammadiyah harus memberikan contoh yang baik dalam penerapan pendidikan akhlak melalui kurikulum sekolah.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua Majelis Dikdasmen, Dr Kasiyarno dalam pembukaan  Diskusi Kelompok Terpumpun Pengembangan Kurikulum Al-Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab, kerjasama antara Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah dengan Staff Khusus Kemendikbud bidang Monitoring Implementasi Kebijakan.

“Pendidikan akhlak masih sering dikesampingkan. Berbagai problem muncul karena permasalahan akhlak belum menjadi format pendidikan yang utuh,” tutur Kasiyarno di P4TK Matematika Condong Catur, Senin (12/12).

Kasiyarno pun menerangkan bahwa melalui kegiatan tersebut, Muhammadiyah diharapkan mampu merumuskan sebuah model pendidikan akhlak yang di dalamnya menanamkan nilai-nilai Islam yang sebenarnya. Sehingga, nilai-nilai tersebut bukan hanya sekedar menjadi mata pelajaran yang ditunaikan di kelas, namun juga sebagai milai yang applicable sehingga mampu membentuk pribadi peserta didik. Sekolah-sekolah Muhammadiyah pun didorong untuk tidak pernah berhenti memperhatikan implementasi pendidikan akhlak, bukan hanya mata pelajaran umum.

“Ketika mereka lulus diharapkan punya nilai plus yaitu unggul dalam akhlak. Jika hanya menekankan kepada yang sifatnya duniawiyah, Muhammadiyah dengan sekian banyak lembaga pendidikan tentunya akan merugi,” lanjutnya.

Sedangkan Staff Khusus Kemendikbud bidang Monitoring Implementasi Kebijakan Alpha Amirrachman menyebutkan bahwa selain menitikberatkan kepada sejumlah program utama seperti pembenahan KIP dan Revitalisasi SMK, Presiden Joko Widodo dan Kemendikbud juga memfokuskan perhatiannya kepada pendidikan akhlak atau yang diterjemahkan menjadi pendidikan karakter.

“Menyambut generasi emas di tahun 2045 di mana Indonesia menjadi negara dengan jumlah generasi produktif paling tinggi, pengetahuan dan keterampilan saja tidak akan cukup tanpa penguatan karakter dan akhlak. Jangan sampai generasi kita berubah menjadi generasi destruktif,” tutur Alpha.

Oleh karenanya, Muhammadiyah harus memperkuat identitasnya sebagai gerakan Islam berkemajuan, khususnya di bidang pendidikan melaui intensifikasi penguatan akhlak.

Kegiatan yang akan berlangsung hingga Rabu (14/12) ini menghadirkan kepala sekolah dan perwakilan dari SD hingga SMA/K Muhammadiyah. Turut hadir Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Prof Baidhowi; Ketua LP3M Prof Masykuri serta Wakil Ketua PWM DIY Tasman Hamami (Th).

 

Exit mobile version