NA Gandeng Komunitas Perempuan Wujudkan Perdamaian  

NA Gandeng Komunitas Perempuan Wujudkan Perdamaian  

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Sejumlah aktifis perempuan DI Yogyakarta sepakat bahwa perempuan merupakan agen penting dalam pencipta perdamaian di negara ini. Hal ini disampaikan dalam diskusi publik bertajuk “Peran Perempuan dalam Membangun Perdamaian” pada Rabu (7/12) di Aula PP Muhammadiyah Jl. Ahmad Dahlan. Tampil sebagai pembicara yaitu Diyah Puspitarini, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah serta Selvi Triani, Pendeta yang juga merupakan dosen Universitas Kristen Duta Wacana.

Dalam kesempatan itu, Diyah menyampaikan bahwa persoalan mendesak di negara ini adalah Indonesia darurat kekerasan pada kondisi apapun yang di mana perempuan selalu menjadi serentetan korban. “Ketidakadilan masih menimpa perempuan sedangkan persoalan tampaknya tidak menarik bagi kebanyakan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kasus kekerasan pada perempuan yang kurang diblow up,” ujarnya. Diyah juga menambahkan bahwa perempuan menjadi bagian penting dalam upaya perdamaian karena perannya sebagai pendidik utama sebuah generasi. “Upaya perdamaian sudah dilakukan perempuan sejak perempuan menikah, mengandung, lalu membesarkan anaknya,” tambahnya.

Senada dengan Diyah, Pendeta Evi menekankan pada pentingnya cinta kasih dan persahabatan yang harus diperjuangkan oleh perempuan-perempuan muda dalam menciptakan perdamaian. Menurutnya, perempuan dan anak harus dilibatkan dalam upaya pencipta perdamaian. “karena perempuan rekat dengan kehidupan. Mereka yang melahirkan kehidupan, memelihara kehidupan, dan bertanggungjawab terhadap kehidupan itu sendiri,” tuturnya.

Diskusi yang dihadiri oleh sebanyak 44 orang dengan berbagai latar belakang agama dan golongan  ini terselenggara berkat kerja sama  beberapa perkumpulan seperti Srikandi Lintas Iman, PP Nasyiatul Aisyiyah, YIPCI, dan FJD yang disepakati dalam Rapat Jogja Damai. Wening Fikriyati, Ketua Panitia menuturkan bahwa diskusi ini merupakan serangkaian kegiatan memperingati hari toleransi dan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Adapun tujuan diadakannya kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya peran perempuan agar perempuan turut serta dan berkontribusi dalam upaya perdamaian.

Wening menambahkan, diskusi yang berlangsung hasilnya di luar dari ekspektasi panitia. Hal ini terbukti dari besarnya antusiasme peserta diskusi yang ikut berperan. Di akhir acara, Diyah Puspitarini menyampaikan pentingnya pendidikan dalam upaya perdamaian. “Pendidikan perdamaian, pendidikan lintas iman, sangat penting. Ketika perempuan terdidik, generasi akan menjadi terdidik. Gerakan-garakan kemajuan dan perbaikan itu bisa nampak kelihatan. Peran luar biasa seorang perempuan bisa merubah gerakan ketika pendidikan bisa dilakukan,” tambahnya (Yusri).

Exit mobile version