ALEPPO, Suara Muhammadiyah- Setelah intensifikasi pertempuran yang memperburuk kondisi kemanusiaan di Aleppo, akhirnya pemerintah Suriah pendukung Bashar el-Assad menyetujui adanya evakuasi masyarakat sipil dan kelompok oposisi dari area yang telah direbut oleh pasukan rezim Assad, Aleppo Timur.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dalam Al-Jazeera mengatakan bahwa Setidaknya 3000 penduduk Aleppo telah dievakuasi dari wilayah Timur Aleppo oleh 40 ambulans dan bus dalam evakuasi pertama yang membawa mereka menuju Idlib, wilayah Barat Aleppo. Menurut keterangan, Aleppo Timur memiliki kurang dari 100 ribu penduduk yang masih tersisa hingga saat ini. Konvoi evakuasi pertama tersebut dilaporkan oleh AFP dipimpin oleg ICRC dan Syrian Arab Red Crescent.
“Masyarakat yang terluka akan diutamakan untuk dievakuasi terlebih dahulu,” tutur jurnalis Zouhir Al Shimale.
Kesepakatan yang disebut telah disponsori oleh Rusia dan Turki tersebut telah dicapai sejak Selasa lalu (13/12) namun, tindakan evakuasi sempat mengalami penundaan dan dimulai Kamis (15/12) waktu setempat. Mereka pun dilanda ketakutan apabila tidak memiliki kesempatan untuk turut dievakuasi dan harus tinggal di bawah kontrol rezim Assad yang selama ini telah menyebabkan sanak saudara mereka terbunuh.
“Mereka yang ada di sini terkejut atas penundaan, kami tidak tidur semalaman. Tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan oleh rezim,” lanjutnya.
Nour Hallak, Koordintor Lapangan urusan Kemanusiaan PBB di Idlib mengatakan bahwa berbagai organisasi kemanusiaan di Suriah dan Internasional sedang mempersiapkan shelter yang akan digunakan oleh masyarakat Aleppo yang telah dievakuasi. Sebagian dari shelter tersebut ungkap Hallak bersifat permanen seperti perkampungan yang ada di Utara Suriah.
“Hingga saat ini kita mempunya kapasitas hingga 15 ribu jiwa, setelah itu kita tidak tahu ke mana mereka harus pergi. Kita tidak tahu apakah mereka mempunya uang yang cukup untuk menyewa tempat tinggal di Idlib,” tuturnya dalam sebuah wawancara.
Padahal diperkirakan ada lebih dari 50.000 jiwa yang harus dievakuasi dari wilayah pertempuran Aleppo, menurut keterangan PBB.
“Ada 50.000 jiwa termasuk 40.000 masyarakat sipil yang akan dievakuasi ke sebelah Barat Aleppo. 10.000 di antara mereka adalah kelompok oposisi dan keluarga mereka,” kata Duta Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura.
Evakuasi tersebut kurang lebih akan memakan waktu hingga beberapa hari ke depan. Kondisi masyarakat Aleppo semakin tidak terkendali walaupun serangan yang dilakukan dilaporkan telah berhenti sejak Selasa lalu. Masyarakat Aleppo pun terus dihadang oleh ketakutan akan keselamatan jiwa mereka. Persediaan makanan dan kebutuhan primer mereka semakin menipis, bahkan obat-obatan memadai pun demikian sulit untuk ditemukan. Dengan evakuasi ini mereka berharap dapat menemukan kondisi yang lebih baik daripada berdiam di lokasi pertempuran.
“Beberapa waktu terakhir, masyarakat sangat tersiksa. Mereka menginginkan untuk pergi ke area yang memiliki persediaan makanan, obat, bahan bakar. Walau pun mereka akan tinggal di kampung pengungsian, mereka tetap memilih untuk meninggalkan area konflik,” kata Shimale
Beberapa hari lalu sejumlah video yang diunggah oleh masyarakat sipil Aleppo viral di dunia maya. Mereka menyebarkan pesan kepada seluruh dunia tentang bagaimana pasukan Assad semakin mendesak .
“Mungkin ini adalah pesan terakhir saya, lebih dari 50.000 masyarakat sipil yang menentang Assad terancam diksekusi atau mati dalam bombardir pasukan,” tutur Lina Shamy dalam sebuah video.
“Perempuan dan anak-anak kami di sini disembelih, kita tidak lagi bisa menahan ini semua, kita tidak punya apa-apa lagi,” seorang laki-laki tua berjanggut putih Nampak dalam sebuah video meluapkan kepedihan yang dirasakan jutaan penduduk Suriah.
Bilal Abdul Kareem wartawan Aljazeera mengatakan bahwa situasi Aleppo terkini semakin buruk khsusnya bagi mereka yang terluka. Seluruh rumah sakit di Aleppo Timur hancur dan tidak lagi bisa difungsikan karena serangan bom 2 minggu lalu. Hanya klinik-klinik temporer yang masih bertahan.
Bahkan, kelompok White Helmets sudah tidak mampu mengoperasikan diri mereka karena ambulans yang mereka miliki tidak bisa dijalankan karena krisis bahan bakar dan merekapun ketakutan akan menjadi target pemboman pasukan militer.
“Sangat menyedihkan di Aleppo saat ini. Esok mungkin akan terlalu terlambat untuk kami semua.” (Th).