Masuki Abad Ke 2, Aisyiyah Cetak Kader Militan

Masuki Abad Ke 2, Aisyiyah Cetak Kader Militan

Yogyakarta, Suara Muhammadiyah- Sebagai salah satu organisasi perempuan terbesar di Indonesia, bersiap memasuki abad kedua Aisyiyah bergegas dalam mempersiapkan dan merumuskan strategi terkait masalah perkaderan.

Usaha untuk menciptakan, merawat, mengembangkan, serta hal-hal lain yang bersifat lebih bagus dalam konteks perkaderan dalam suatu organisasi merupakan jantung dari organisasi tersebut. Kehidupan organisasi sangat ditentukan oleh bagaimana usaha suatu anggota organisasi dalam terus memproduksi dan mengembangkan para generasi penerus serta melakukan penguatan bagi para pimpinan dan pengurus yang berkhidmat dalam gerakan ini.

Demikian disampaikan oleh Siti Noordjanah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah dalam pembukaan Baitul Arqom (BA) dan TOT  BA Regional II Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Pusat Aisyiyah. Dalam kesempatan tersebut, Noor menjelaskan bahwa masalah utama Aisyiyah dari tahun-tahun sebelumnya yaitu masalah perkaderan. Oleh karena itu, Baitul Arqom adalah tempat diskusi yang sangat menarik untuk membahas dan  mendiskusikan banyak hal serta merumuskan strategi sehingga mendapatkan kader yang berkhidmat dan militan.

“Baitul Arqom adalah proses bagaimana membuat celupan-celupan agar yang ada di sini menjadi kokoh dan mampu menggerakkan pimpinan yang lain. Penguatan pimpinan agar menjadi pimpinan yang teguh dan militan. Militan adalah agar tidak mudah terganggu  oleh gerakan-gerakan lain dan bersungguh-sungguh bertekad untuk berdakwah dan berjihad,” terangnya.

Acara yang berlangsung selama 3 hari (16-18/12) di Wisma Sargede ini mendatangkan 45 Pimpinan Wilayah dan Daerah dari Regional II.

Lanjut menurut Noordjanah, diskusi-diskusi yang akan dilaksanakan dalam TOT BA ini merupakan arahan dalam menjalankan pokok pikiran Aisyiyah pada abad kedua yang begitu kompleks. Di antaranya yaitu dakwah yang mencerahkan, tantangan-tantangan kebangsaan dan persoalan kemanusiaan yang universal, serta islam yang berkemajuan dan perempuan berkemajuan.

“Persoalan yang harus didiksusikan adalah bagaimana para pimpinan mempunyai pemikiran yang untuk mendapatkan kader yang berkhidmat tanpa harus menjadikan hal yang klasik tanpa sesuatu yang dikedepankan. Usaha yang harus dilakukan kita semua adalah terkait hal-hal ideologis. Yang paling penting adalah ideologi di dalam gerakan Aisyiyah ini sendiri,” tandasnya (Yusri).

Exit mobile version