YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah menyadari bahwa perjuangan mencapai masyarakat inklusi harus dilakukan secara bersama. Termasuk juga harus didorong oleh organisasi social-kemasyarakatan, khsusnya Muhammadiyah.
Dalam mewujudkan komitmen tersebut, MPM PP Muhammadiyah menggagas berdirinya komunitas ‘Sahabat Difabel’ di Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTM-PTA). Sebagai langkah awal, MPM melaunching secara resmi berdirinya Sahabat Difabel di lima PTM. Yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Purworejo dan Universitas Muhammadiyah Magelang.
Menurut ketua MPM, komunitas ini nantinya menjadi sarana sosialisasi terhadap civitas kampus untuk lebih tahu tentang isu difabel. Sehingga masyarakat kampus lebih akrab dengan kaum difabel. Mengingat selama ini, kaum difabel masih menjadi masyarakat kelas kedua yang sulit untuk mengakses layanan public.
“Harapan besarnya adalah seluruh kampus termasuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTM-PTA) mampu menerima kaum difabel sebagai bagian dari kampus, baik sebagai mahasiswa, dosen, staf, dan bahkan pimpinan sekalipun,” ujarnya.
Keberadaan kaum difabel yang mencapai angka 1 Milyar di seluruh dunia, kata Yamin, harusnya disikapi dengan baik. Seluruh pihak harus segera berbenah untuk menjadi lebih ramah dan hidup inklusi dengan masyarakat yang menyandang disabilitas.
Dalam rangka itu, MPM PP Muhammadiyah juga telah mencanangkan Gerakan Kota Ramah Difabel. Dimulai dari tiga kota, yaitu Banjarmasin, Purworejo, dan Kota Yogyakarta. Konsep kota ramah difabel, ujar Yamin, meliputi tiga hal, yaitu ramah warganya, ramah fasilitas publiknya, dan ramah kebijakannya (Ribas).