YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) resmi meluncurkan uang rupiah terbaru dengan tahun emisi 2016, di Gedung Bank Indonesia, Senin (19/12).
Dua belas gambar pahlawan terpampang di uang rupiah desain terbaru itu. Mengakomodir tokoh dari ujung Sabang hingga Merauke. Melambangkan Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika.
Gambar proklamator Republik Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta tak tergantikan di lembaran uang Rp 100 ribu. Pecahan uang dengan nominal terbesar itu melambangkan kebesaran dua tokoh besar. Sosok yang membacakan proklamasi pada 17 Agustus 1945.
Djuanda Kartawidjaja, pahlawan kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 14 Januari 1911 dikukuhkan menjadi pengisi gambar Rp 50 ribu. Tokoh ini diangkat menjadi pahlawan kemerdekaan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.244/1963.
Tampang Gerungan Saul Samuel Jozias Ratulangi melekat dalam uang rupiah baru pecahan Rp 20 ribu kertas. Disusul Frans Kaisiepo. Pria kelahiran Biak, Papua, pada 10 Oktober 1921 ini menghiasi uang rupiah baru pecahan Rp 10 ribu kertas.
Ada juga Idham Chalid, yang merupakan pahlawan dari Kalimantan Selatan. Wajahnya akan mengisi uang rupiah baru pecahan Rp 5 ribu kertas. Disusul tokoh Mohammad Hoesni Thamrin yang terpampang di uang rupiah baru pecahan Rp 2.000 kertas. Ia adalah perintis Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
Tjut Meutia menjadi satu-satunya perwakilan perempuan, sekaligus merepresentasikan Indonesia bagian Barat. Perempuan asal Aceh yang diangkat menjadi pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964 itu menghiasi uang rupiah baru pecahan Rp 1.000 kertas.
Muhammadiyah memiliki dua utusan sosok pahlawan di lembaran uang kertas. Yaitu Soekarno dan Djuanda. Keduanya pernah mengabdikan diri untuk ‘kerja di jalan sunyi’ bersama Muhammadiyah. Menyalakan pencerahan di tengah kondisi kehidupan bangsa yang belum maju. Sebagaimana dikutip ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dari Ensiklopedia, “Ir H Djuanda seorang abdi negara dan abdi masyarakat.”
Konstribusi Djuanda sedemikian besar. Dialah yang menjadi titik pangkal kesatuan negara kepulauan dalam konvensi hukum laut United Nations Convention on Law of the Sea (UNCLOS). Hukum Laut Internasional yang diakui PBB tahun 1982 berlandaskan pada Deklarasi Djoeanda 1957, tutur Haedar Nashir dalam sebuah tulisannya.
Tak berlebihan ketika nama Djuanda diabadikan dalam banyak situs dan tempat. Menjadi nama bandara di Surabaya, nama jalan atau nama Taman Hutan Raya Juanda di kota Bandung. Jauh sebelum ia ‘dihargai’, Djuanda telah terlebih dahulu mendedikasikan diri bagi upaya pembuktian sikap penghargaannya yang otentik bagi orang banyak. Yaitu pengabdiannya yang tulus untuk sesama.
Meniti karier dalam berbagai jabatan pengabdian kepada negara dan bangsa. Semenjak lulus dari TH Bandung (1933), Djuanda memilih mengabdi di tengah masyarakat. Dia memilih mengajar di SMA Muhammadiyah di Jakarta dengan gaji seadanya. Padahal, kala itu dia ditawari menjadi asisten dosen di TH Bandung dengan gaji lebih besar, tulis Wikipedia.
Pakar Sejarah dari Universitas Siliwangi, Alex Anis Ahmad mengatakan, Ir H Djuanda sangat layak diabadikan dalam pecahan uang kertas. Pasalnya pria kelahiran 14 Januari 1911 tersebut sangat berjasa bagi NKRI di bidang diplomasi dan politik melalui Deklarasi Djuanda. Selain itu juga pernah menjadi menteri keuangan.
Kebanggaan pada sosok Djuanda merupakan kebanggaan yang lahir secara otentik, yang tidak terpancar dari ruang ekslusifitas golongan tertentu. Tidak hanya Persyarikatan Muhammadiyah. Tidak juga hanya rakyat Tasikmalaya. Namun masyarakat Indonesia, bahkan penduduk dunia.
“Dulu pahlawan Djuanda juga sempat dijadikan tokoh dalam pecahan uang kertas, namun tahun dan berapa nominal pecahannya saya lupa lagi. Namun, yang jelas ini kebanggaan tersendiri bagi kami warga Tasikmalaya,” kata Alex.
Kini, Indonesia memiliki tampilan uang terbaru dengan segala nilai filosofis di balik nya. Dalam seremonial peluncuran, Presiden Jokowi mengingatkan kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan kecintaannya terhadap uang rupiah. Kecintaan itu sebagai wujud kecintaan masyarakat terhadap kedaulatan dan kemandirian bangsa.
“Saya rasa penting, kalau kita cinta rupiah, kita tidak menyebar gosip aneh-aneh dan kabar bohong tentang rupiah. Karena menghina rupiah sama saja menghina Indoensia. Rupiah tidak akan digantikan dan tidak akan tergantikan,” kata Jokowi usai peluncuran, di Gedung Bank Indonesia, Senin (19/12) yang bertepatan dengan Hari Bela Negara (Ribas).