YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Majelis Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Din Syamsuddin menyatakan bahwa teriakan takbir ‘Allahu Akbar’ harus ditempatkan pada proporsi yang tepat. Tidak sekedar mendengungkan takbir yang melambangkan semangat, namun juga diikuti oleh pelibatan usaha dan kerja keras.
“1000 Allahu akbar kalau hanya kita dengungkan, belum tentu akan menyelesaikan masalah,” tutur Din Syamsuddin ketika menyampaikan pidato kunci dalam acara Seminar Nasional Seri Tadarus 3 dengan tema ‘Al-Quran sebagai Pondasi Peradaban Islam Rahmatan Lil ‘Alamin’. Acara yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Islam (PSI) Universitas Islam Indonesia (UII) itu berlangsung di auditorium perpustakaan pusat kampus terpadu UII, Rabu (21/12).
Din Syamsuddin mengingatkan bahwa bukan berarti ujaran ‘Allahu Akbar’ tidak penting. Namun ketika kata ‘Allahu Akbar’ dipergunakan bukan pada tempatnya, maka akan menjadi masalah. Meskipun menggunakan nama Allah. Lebih buruk lagi jika ‘Allahu Akbar’ digunakan untuk pembenaran terhadap suatu tindakan yang tidak sesuai dengan akhlak dan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.
“Allahu Akbar, boleh, penting, tapi tidak cukup,” ujar Din. Menurutnya, pekikan takbir itu hendaknya disertai dengan langkah konkret dalam menyelesaikan masalah. Hal itu dimulai dengan penggunaan akal (rasional) dan penguasaan ilmu pengetahuan.
Saat ini, ujar Din, peradaban dunia sedang mengalami kerusakan yang akut. Merupakan akumulasi dari beberapa kerusakan (al-fasad al-mutarakab), seperti halnya kemiskinan, kekerasan, kebodohan, lingkungan, perubahan iklim, dan seterusnya.
“Peradaban dunia sedang rusak, dan perlu dicarikan solusi,” ungkap Din Syamsuddin yang juga menjadi ketua umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015.
Para pakar, kata Din, sepakat bahwa penyelesaian berbagai kasus kerusakan di dunia hari ini harus melibatkan dua aspek utama. Yaitu peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau bidang pendidikan dan peningkatan kualitas di bidang ekonomi. Keduanya harus menjadi agenda mendesak dalam mewujudkan kemajuan bangsa.
Din mengajak umat Islam tidak hanya larut dalam ranah wacana yang tanpa aksi. Apalagi yang menjadikan umat Islam bermental kalah. “Umat Islam lebih banyak membicarakan tantangan dan ancaman. Hampir semua konferensi di dunia membahas tentang itu,” tutur tokoh yang pernah berpidato di sidang PBB itu (Ribas).