YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– al-Qur’an merupakan pedoman hidup umat muslim yang fundamental. Al-Qur’an sebagai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW ini terdiri atas 30 juz, 114 surat dan 6.236 ayat. Didalamnya terdapat 160 ayat yang berkaitan dengan hukum dan 800 ayat yang berkaitan dengan alam (ayat kauniyah). Agus Purwanto Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Hisab dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) mengajak untuk merenungkan ayat-ayat kauniyah tersebut, menjadikannya sebagai basis epistemologi pada Seminar Nasional di Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis (22/12).
Sudah sekitar sepuluh abad, kata penulis buku nalar ayat-ayat semesta itu, sains dan teknologi dilupakan oleh ulama dan umat. Akibatnya dunia Islam mengalami kelumpuhan dan ketergantungan terhadap bangsa lain.
Adanya fakta bahwa umat Islam sekarang dianggap miskin, bodoh dan terbelakang, lanjut Agus, salah satu penyebabnya karena pemimpin di Negara Muslim kurang memberikan perhatian lebih tehadap iptek. “Kurangnya perhatian akan kemajuan di bidang iptek ini dapat kita lihat dari anggaran yang disiapkan pemerintah untuk biaya penelitian yang masih rendah,” tutur Agus.
Lemahnya umat dalam mengambil hikmah akan penciptaan alam ini, sambung dosen Institute Teknologi Surabaya itu, Islam tereduksi sebatas amalan fisik dan tasawuf. Sementara ekonomi dan politik dikuasai orang lain, munculah anggapan yang keliru tentang dunia adalah surga bagi orang kafir.
Bojonegoro dan Papua, ia mencontohkan, merupakan salah satu pusat sumber daya alam yang kaya raya, namun kedua daerah tersebut dikenal memiliki keterbelakangan sosial yang lebih tinggi daripada daerah lain. Akar permasalahannya karena masyarakat dibuat bodoh, diberikan pemahaman bahwa belajar arsitek, menjadi insinyur menjadikan mereka sekuler.
“Sejatinya problem kita bukanlah kapitalisme, akan tetapi teologis. Untuk itulah, mari kita kembalikan peradaban merujuk kepada al-Qur’an. Kita posisikan al-Qur’an sebagai basis epistemologi, menggali pengetahuan berawal dari al-Qur’an” pungkas Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu (Mas DF/g/r).