YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Ketua Kopertis Wilayah V Yogyakarta mengungkapkan bahwa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) semestinya sudah berani berkancah dalam World Class University. Hal ini diungkapkan dalam Sidang Senat Terbuka Milad Ke-56 Universitas Ahmad Dahlan, Sabtu (24/12) di Auditorium Kampus 1 UAD.
“Saya mengkategorikan dan mengelompokkan bahwa di DIY, jumlah Perguruan Tinggi Swasta berjumlah 104. Karena akan dilakukan penggabungan-penggabungan, maka akan ada Perguruan Tinggi Swasta yang berkurang, namun prodinya meningkat. Termasuk UAD. Berdasarkan prestasi-prestasi yang berhasil diraih UAD, semestinya UAD termasuk Perguruan Tinggi Swasta yang sudah berani dan siap berkancah dalam World Class University,” terangnya.
Adapun prestasi-prestasi yang berhasil diraih UAD disampaikan oleh Dr. Kasiyarno, M. Hum, Rektor UAD dalam pidato tahunan Rektor UAD. Ia mengatakan, kesuksesan lulusan UAD tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akademik semata, melainkan juga kemampuan atau keterampilan non akademik. Sampai saat ini UAD dapat mempertahankan tradisi juara I, II, dan III Mawapres tingkat Kopertis Wilayah V dan finalis pada ajang Mawapres tingkat nasional berturut-turut.
Tradisi juara juga ditunjukan dalam bidang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan National University Debating Contest (NUDC), serta tradisi juara bidang roket dan robot yang berskala nasional dan internasional juga dapat dipertahankan. Tahun 2015 tim robot mahasiswa UAD sukses meraih juara di ajang Federation of International Robot-soccer Association (FIRA), serta juara III dalam kontes robot internasional di Beijing pada tahun 2016.
“Untuk membekali keterampilan tersebut maka pembinaan kemahasiswaan dilaksanakan dalam 5 kategori di antaranya yaitu penalaran, minat dan bakat, keorganisasian, kesejahteraan, dan kekaderan,” papar Kasiyarno.
Dalam kesempatan tersebut, hadir Perwakilan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Aisyiyah, serta Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah DIY dan Jateng.
Ketua Kopertis Wilayah 5 mendorong perguruan tinggi swasta termasuk UAD agar membuat semacam program khusus agar dapat masuk dalam kelas dunia atau ASEAN. Ia juga menekankan pentingnya perhatian perguruan tinggi dalam mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. “Yang harus diperhatikan Perguruan Tinggi adalah dari 688.000 pengangguran, hanya 100 sekian yang lulusan vokasi dan akademi. Jumlah sarjana yang menganggur memang kelihatannya lebih besar. Oleh karena itu, kalau nanti mereka lulus diharapkan langsung bekerja agar tidak ikut berkontribusi dalam peningkatan angka pengangguran. Karena salah satu dari apa yang diinginkan World Class University adalah tidak menjadikan beban bagi bangsanya,” tandasnya (Yusri).