Tabligh Akbar Busyro Muqoddas: Menggali Hikmah dari Situasi Kekinian

Tabligh Akbar Busyro Muqoddas: Menggali Hikmah dari Situasi Kekinian

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-“Kita bersyukur hidup di Indonesia, yang diberikan banyak sekali cobaan oleh Allah,” tuturan datar Busyro Muqoddas itu mengawali ceramahnya di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Ahad (25/12). Sekilas, kalimat itu mengandung pesimisme dan sekaligus optimisme. Mewakili suasana hati jutaan masyarakat Indonesia lainnya, dari ujung Sabang sampai Merauke.

Berbeda dengan masyarakat biasa lainnya, Busyro memiliki data lengkap tentang potensi dan kondisi Indonesia. Pernah diamanahi jabatan di dua lembaga penting negara, membuatnya intens menyelami seluk-beluk bangsa yang besar ini. Suatu ketika, Busyro ditunjukkan hasil penelitian tentang kandungan sumber daya alam Indonesia. Tambang, emas, batubara, minyak bumi, gas, serta hasil laut dan hutan tersebar di seluruh belahan negeri.

“Indonesia merupakan negara terkaya di dunia,” ujar Busyro dalam acara bertema ‘Menggali Hikmah dari Situasi Kekinian’. Ia terperanjat saat paparan itu disampaikan padanya. Namun, lebih kaget lagi, ketika ternyata kekayaan itu dinikmati oleh bangsa asing. Bahkan emas Freeport, 99% menjadi jatah Amerika Serikat, sementara 1% sisanya menjadi rebutan para pejabat. Dan rakyat tidak mendapat jerih keringat.

Busyro pernah menjadi anggota Komisi Yudisial (KY) periode 2005-2010. Sempat juga mengabdikan diri sebagai ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ke-3. Namun Busyro tak juga memiliki keinginannya untuk masuk ke dunia politik. “Jika tidak kuat tauhid politiknya, maka akan mudah terjerumus dalam kemaksiatan politik,” ujarnya memberi alasan.

“Indonesia kekayaannya luar biasa, tapi dikhianati oleh pejabat,” tegasnya kembali. Busyro Muqoddas mengawali karier di bidang hukum pada tahun 1983 sebagai Direktur Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII). Kepekaan dan jiwa aktivisnya terasah semenjak muda. Aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) membuatnya bisa memadukan urusan duniawi dan ukhrawi. Ia tak ingin terbenam gemerlap dunia.

“Kekayaan bangsa Indonesia itu datang dari Allah,” ungkapnya. Busyro lalu mengutip QS. Al-A’raf ayat 10; ‘Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.’ Bahwa kekayaan itu harusnya memudahkan dalam memenuhi kebutuhan, mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Wujud syukur itu mengharuskan semua orang untuk bekerja. Bukan sekedar kerja yang kering makna, apalagi yang sekedar menuju kehidupan hedonis. “Kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas,” tutur Busyro. Keharusan untuk bekerja itu, kata Busyro merupakan perwujudan dari pengamalam ayat 10 surat al-Jumuah. ‘Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.’ 

Dalam perjalanan hidupnya, Busyro menyaksikan bagaimana jiwa rakyat yang bekerja dengan sepenuh hati itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Tercermin pada diri orang-orang biasa. Mereka yang sering tidak pernah diperhitungkan. Busyro melihatnya pada sosok penjual jamu hingga tukang parkir. Mereka bekerja keras dan ikhlas. “Ini hamba Allah yang bersyukur,” ujarnya.

Di sisi lain, para pejabat negeri melupakan suara hati nurani. “Di Jakarta, mereka (pejabat)  bekerja hanya rebutan persen melalui ini,” ujarnya sambil mengangkat handphone-nya. Data jumlah uang haram atau transaksi gelap di Indonesia, dalam kurun waktu 2003-2014, ada 227,75 Triliun. Dengan angka itu, Indonesia menduduki peringkat ke-7 sebagai negara yang paling banyak menerima uang haram di dunia. Terutama melalui bisnis ilegal dan gelap, nepotisme hingga gratifikasi, korupsi dan suap.

Dalam menghadapi kondisi bangsa yang sedemikian parah itu, Busyro mengajak para jamaah untuk menggandakan optimisme. Menyongsong masa depan bangsa yang lebih cerah. “Kuncinya ikhlas, maka Indonesia akan terbantu dengan adanya umat Islam yang bermutu, berkualitas ikhlas,” tutup Busyro Muqoddas, sang ketua PP Muhammadiyah bidang Hukum HAM dan Kebijakan Publik, merangkap penasehat PRM Nitikan Umbulharjo, Yogyakarta (Ribas).

Exit mobile version