Dua Kompetensi Dasar Bagi Seorang Pendakwah

Dua Kompetensi Dasar Bagi Seorang Pendakwah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Yogyakarta melalui Korp Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah (KM3) mengadakan Pelatihan Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah (PM3) dengan tema “Membendung Arus Globalisasi di Ranah Mahasiswa melalui Dakwah Pencerahan”. Acara pada tanggal 23-25 Desember 2016 itu berlangsung di BPKB (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar) Sorowajan Baru, Banguntapan, Yogyakarta.

Pada kegiatan tersebut, salah satu materi yang diangkat adalah “Ideologi Muhammadiyah; Era Baru Dakwah Muhammadiyah dalam Menghadapi Globalisasi”  yang disampaikan oleh Wiharto, MA. Wakil Ketua PWM DIY itu mengawali materinya dengan memutar cuplikan film Sang Pencerah, lebih tepatnya ketika adegan perobohan/pengrusakan Mushalla yang dibangun KH. Ahmad Dahlan oleh warga sekitar.

“Saya memutarkan ini untuk menegaskan kepada kalian, bahwa berdakwah bukanlah hal yang mudah. Dakwah itu penuh perjuangan. Bisa kalian bayangkan, bagaimana perasaan KH. Ahmad Dahlan ketika terjadi pengrusakan Mushallah saat itu,” ujar Wiharto.

Seorang mubaligh, ujar Wiharto, bukanlah sosok selebritis. Tetapi dai merupakan sosok yang mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Penegasan tersebut, dimasukkan ke dalam salah satu tipe manusia dalam berdakwah, yang diambil dari QS. al-Baqarah: 207.

Wiharto menyebutkan dua kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang da’i. Pertama, adalah kompetensi substantif yang meliputi; pemahaman yang menyeluruh, akhlaq yang terpuji, mengetahui perkembangan keilmuan, memahami hakikat dakwah, mencintai objek dakwah, mengenal kondisi lingkungan, serta memiliki kejujuran dan rasa ikhlas.

Kedua, adalah kompetensi metodologis, yakni memahami objek lingkungan dengan melaui proses observasi, perancangan, dan terakhir realisasi.

“Berdakwah kepada orang-orang yang sudah biasa ke masjid itu hal yang biasa, tetapi berdakwah kepada mereka yang mengalami KDRT, menjadi PSK, dan mereka yang mengalami masalah lain dan belum sempat menerima ajaran agama, itu baru dakwah yang luar biasa. Dan itulah yang harus kita lakukan,” tuturnya ketika mengutarakan objek dakwah yang harus menjadi fokus saat ini.

“Kita harus mengembangkan media dakwah kita, termasuk salah satunya adalah berdakwah lewat Facebook, Whats App, dan sebagainya,” kata Wiharto (Siraj).

Exit mobile version