TASIKMALAYA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir hadir dalam acara Silaturahim dan Milad Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) di Aula Graha UMTAS, Rabu pagi (28/12). Haedar Nashir turut didampingi Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Lincolin Arsyad, dan Wakil Ketua Majelis PKU PP Muhammadiyah Agus Sukaca.
Dalam kesempatan itu, Haedar mengajak masyarakat untuk cerdas dalam mempergunakan media social. Banyak permusuhan dan konflik yang dapat ditimbulkan oleh kesalahan dalam menggunakan media sosial atau linimasa. “Tidak mustahil, bisa saja perang dunia ketiga terjadi akibat dari salah dalam menggunakan media sosial,” ujar Haedar.
Haedar mengingatkan bahwa saat ini umat Islam tengah diuji, termasuk dalam hal menggunakan media sosial. Akhlak dan keteladanan menjadi perisai terakhir. Oleh karena itu, warga Muhammadiyah diharapkan menjadi panutan dalam bermedia social secara baik dan sesuai dengan nilai-nilai moral. “Biarpun kita panas dalam membaca medsos, apa yang kita keluarkan harus tetap yang karimah,” tuturnya.
“Nabi Muhammad telah berpesan kepada umatnya, untuk menjaga lisan, tulisan, dan dalam berujar. Sudah sepatutnya sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW kita meneladaninya dalam bermedia sosial,” kata Haedar dalam acara silaturahim yang mengusung tema ‘Ikhtiar Membangun dan Hasil Terbaik untuk UMTAS yang Lebih Berarti’.
Sebagai solusi dalam menghadapi realitas dunia media social yang semakin tidak karuan, Haedar mengingatkan pentingnya untuk menjaga ihsan. Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan ihsan kepada umatnya sebagai tangga rohani yang paling berat yang harus dilalui seorang muslim.
“Jika kita berbuat baik kepada orang lain, dan kemudian orang lain membalasnya dengan kebaikan itu merupakan hal yang lumrah. Namun, ketika kita dijahati oleh orang lain, dan kita membalasnya dengan kebaikan, itu merupakan bentuk ihsan yang sesungguhnya,” ujar Haedar.
Di saat Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah ke Thaif, Rasul telah meneladankan ihsan. Saat itu Nabi diusir dan dilempari batu oleh penduduk Thaif. Malaikat Jibril datang menawarkan kepada Nabi Muhammad untuk menimpakan gunung kepada penduduk Thaif yang telah melukai kekasih Allah. Dengan kebesaran hatinya, Nabi Muhammad melarang Malaikat Jibril untuk melakukan hal itu. Nabi justru berdoa semoga dari keturunan penduduk Thaif ini lahir generasi yang menyembah Allah (Rbs/Th/Md).