YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah— Akhir tahun sering dijadikan sebagai moment untuk melakukan evaluasi atau muhasabah diri. Ukurang yang sering dijadikan stndar muhasabah adalah apa yang sudah dicapai pada tahun sekarang dan apa yang hendak digapai pada tahun yang akan datang. Benarkah pertanyaan itu bisa dijadikan evaluasi diri?
Menurut Buya Yunahar Ilyas Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, dalam al-Qur’an tertuang jelas ukuran sekaligus panduan manusia dalam bermuhasabah. Yaitu dalam QS al-Hasyr ayat 18:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ١٨
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
Perintah muhasabah tersebut, terang Yunahar dalam ceramahnya di Masjid Al-Hidayah Purwosari Sleman, diapit oleh perintah bertaqwa, sehingga yang menjadi standar evaluasi diri adalah taqwa. “Secara garis besar ketaqwaan itu meliputi iman, Islam dan ihsan,” papar Wakil Ketua Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) Pusat.
“Apakah kita sudah bisa meningkatkan keimanan? Bagaimana ibadah kita selama ini? Bagaimana akhlak kita kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara?,” Tanya Yunahar kepada jamaah.
Selama ini, kata Yunahar, banyak orang yang menjadikan materi, baik harta benda ataupun penghasilan sebagai ukuran evaluasi akhir tahun. Banyak orang melakukan muhasabah dengan membandingkan perolehan materinya terhadap pendapatan materi orang lain. “Meningkatkah pendapatan saya tahun ini? Sudahkah saya memiliki fasilitas sebagaimana orang lain? Pertanyaan lain sejenisnya sering menghiasi pikiran kita saat melakukan refleksi atau muhasabah jelang tutup tahun,” ucapnya.
Mengejar materi memang penting, namun itu bukan yang utama. Karena tidak semuanya itu bisa diukur dengan materi. Allah tidak melihat seberapa kaya makhluknya, yang berarti di sisi-Nya hanya ketaqwaan. Meraih taqwa dibutuhkan ilmu dan keshalehan,” imbuh Yunahar.
Moment pergantian tahun baru, tutur Yunahar, sebagai media muhasabah, bukan berpesta-pesta dan berhura-hura. “Kalaupun ingin merayakanya, lakukanlah dengan hal-hal yang positif, seperti berdzikir atau menghadiri tabligh akbar,” pesan Ketua PP Muhammadiyah itu (Mas DF/g).