Ranting Muhammadiyah Lempuyang Bangun dari Tidurnya

Ranting Muhammadiyah Lempuyang Bangun dari Tidurnya

TEMANGGUNG, Suara Muhammadiyah-Muhammadiyah ranting Lempuyang cabang Candiroto sudah berdiri sejak tahun 1960-an. Ketika itu sudah memiliki madrasah diniyah. Seiring dengan berjalannya waktu, diniyah tadi ditingkatkan menjadi madrasah ibtidaiyah (MI). Namun pada masa orde baru,  madrasah ini berganti nama menjadi MI desa, meskipun pengurusnya masih orang-orang Muhammadiyah.

“Amal usaha yang masih berjalan cuma TPA. Itupun  masih numpang di rumah orang, suatu saat ponakan saya yang rumahnya di Semarang pindah ke Lempuyang, mulailah ada energi  saya mendapat partner dalam menggerakkan Muhammadiyah. Ponakan merasa prihatin dengan kondisi TPA yang bertahun-tahun menumpang di rumah orang,” kata Abu Fikri Hasan Albanna.

Sukamto selaku pemilik tanah tidak mau menjual tanahnya. Sukamto justru mewakafkan tanahnya kepada ponakan Abu Fikri Hasan. Wakaf itu dimaksudkan sebagai bekal amal jariyahnya.

Setelah mendapatkan tanah wakaf, digunakan bukan hanya untuk membangun TK dan TPA. “Kita bangun masjid saja bisa untuk solat juga bisa untuk ngaji anak-anak, mengingat masjid desa yang lebih mempraktekkan cara beribadah Nahdiyin, masjid yang semula tidak ada bedug dan kentongan oleh warga non Muhammadiyah, tengah malam dipasang kedua barang tersebut tanpa diketahui warga Muhammadiyah,” ujarnya

Padahal warga Muhammadiyah yang mulanya mewakafkan tanah serta membantu dana untuk menyelesaikakan masjid tersebut. Namun kemudian untuk mendapatkan suasana yang aman dalam beribadah, diputuskan untuk membangun masjid baru.

Abu Fikri Hasan berusaha mencari donatur lain ke yayasan Al Furqon Magelang.  “Setelah disurvei dinyatakan di acc dapat bantuan 188 juta ditambah karpet, speker dan modal 10 juta tapi harus jadi masjid ruang koperasi dan rumah imam  ukuran 6 x 7meter,” ujarnya.

Peletakan batu pertama  pada bulan mei 2012  dengan ukuran masjid 12 x15 meter. “Ternyata dana yang 188 juta itu untuk pondasi saja sudah habis  hampir 130 juta tapi semangat tak kenal lelah untuk punya  masjid sendiri akhirnya masjid dan rumah imam selesai yang menelan dana hampir 1 M lebih, kinirumah imam digunakan untuk TK ABA,” katanya.

Pada saat pembukaan TK ABA hanya memiliki 13 murid. Pada tahun ke-3 murid TK dan SD menjadi 140an. “Sudah menjadi TK favorit menjadi rebutan orang tua untk menyekolahkan di TK ABA  Lempuyang. Banguanan TK yang 6 x 16 m akhirnya gak bisa menampung animo masyarakat. Maka gedung dibangun lantai 2, alhamdulillah setelah punya masjid dan TK,  maka semua kegiatan ibadah warga Muhammadiyah sekarang sudah tidak jadi satu lagi dengan saudara kita NU baik solat id, zakat fitrah,  solat jumat sudah berdri sendiri, masjid pun makmur, dengan modal 10 juta dapat mendirikan koperasi,” tuturnya.

Untuk perluasan TK ABA Muhammadiyah, kini telah mendapat tanah wakaf di sebelah masjid dari seorang yang akrab dengan sapaan ibu Rini (Abu Fikri Hasan Albanna).

Exit mobile version