JAKARTA, Suara Muhammadiyah– Cendekiawan Muslim, Prof Azyumardi Azra menyatakan bahwa ada beberapa factor yang menyebabkan ketidakrukunan umat beragama di Indonesia. Namun, factor terbesar justru datang dari luar atau eksternal, terutama semenjak reformasi.
“Faktor eksternal dan kalau kita lihat 10 tahun terakhir, proses meningkatnya intoleransi karena kekacauan di negara Timur Tengah. Kita lihat orang Indonesia di ISIS misalnya. Ini motif transnasional. Transnasionalisme mempengaruhi Indonesia,” kata Azyumardi di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (6/1/2017).
Dalam pengajian bulanan pimpinan pusat (PP) Muhammadiyah yang mengusung tema ‘Merawat Kerukunan Kehidupan Beragama’ itu, Azyumardi menjelaskan salah satu faktor penyebab intoleransi umat muslim karena gejolak di negara Timur Tengah saat ini. Benih intoleransi itu ternyata sampai ke Indonesia.
Yang lebih memprihatinkan, tindakan intoleransi ternyata juga terjadi antara sesama umat Islam yang berbeda pemahaman. “Bahkan intoleran sekarang sesama muslim. Sumber dari masalah harus diselesaikan,” kata Guru besar UIN Syarif Hidayatullah itu.
“Kecenderungan ketidakrukunan meningkat, ditambah lagi isu di media sosial. Bahkan ada yang bilang haram makan ayam bakar dan ikan bakar karena Nabi tidak pernah makan yang seperti itu,” ujar Azyumardi.
Padahal menurut lumrahnya, sejak konversi masyarakat Indonesia menjadi Islam secara masif pada abad ke-13, Islam telah bernaturalisasi. Menurutnya, agama telah mengalami indigenousisasi, sehingga Islam lebih akomodatif terhadap kearifan lokal.
Selain itu, isu di media sosial juga mempengaruhi intoleransi. Hal tersebut kerap terjadi akibat maraknya pemberitaan yang hoax. Informasi dan berita yang beredar kerap menyebarkan kebencian dan permusuhan antar kelompok berbeda.
Faktor lain penyebab ketidakrukunan yakni masalah Pilkada dan Pilpres. Bahkan, di kasus tertentu, kata Azyumardi, dapat memunculkan ‘perang dingin’ di keluarga. “Saya kira dinamika politik baik Pilpres maupun Pilkada kerap terjadi penyalahgunaan doktrin agama. Yang terakhir menimbulkan gejolak di ormas. Kasus Ahok itu menimbulkan gejolak, bahkan sampai keluarga, menimbulkan permusuhan sesama muslim,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Azyumardi menyinggung bahwa pada dasarnya orang Indonesia merupakan masyarakat yang sangat religious. Semangat beragamanya sangat tinggi. “Dalam satu penelitian, ketaatan kaum Muslim dalam shalat Jumat di Jakarta, Mesir Dan Teheran, ternyata menemukan bahwa orang pria yang shalat Jumat itu lebih banyak ketimbang di Kairo dan Teheran,” ujarnya.
Turut hadir dalam pengajian rutin itu Kepala Badan Litbang Kementerian Agama Prof Abdul Mas’ud dan Ketua PP Muhammadiyah bidang Hubungan Antar Agama dan Peradaban Prof Syafiq Mughni, serta sekretaris umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti (Ribas).