Bangun UM Kaltim, Rektor UMS: Membiayai Proyek Keumatan Tidak Bisa dengan Cara Konvensional Lagi

Bangun UM Kaltim, Rektor UMS: Membiayai Proyek Keumatan Tidak Bisa dengan Cara Konvensional Lagi

BANJARMASIN, Suara Muhammadiyah– Pembangunan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) merupakan mandat dari amanat tanwir Muhammadiyah di Samarinda, tahun 2014.  Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) selaku PTM yang ditunjuk, telah melakukan beberapa langkah cepat untuk merealisasikan impian ini. Diperkirakan pembangunan kampus UMKT akan memakan waktu satu tahun.

Pencanangan pembangunan UMKT telah dilakukan oleh ketua umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, pada Jumat, 6 Januari 2017 di Samarinda. Haedar didampingi oleh Bendahara PP Muhammadiyah Marpuji Ali beserta jajaran pimpinan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rektor Bambang Setiaji,  Wakil Rektor I Muhammad Da’i, Wakil Rektor II Sarjito, Wakil Rektor III M Wahyuddin dan Wakil IV Sofyan Anif. Rombongan meninjau langsung lokasi pembangunan UMKT seluas 14 Ha, di pinggir jalan utama Samarinda-Balikpapan.

Baca :Haedar Nashir Canangkan Pembangunan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Rektor UMS, Bambang Setiaji menyatakan bahwa di era globalisasi, proyek pembiayaan untuk memajukan umat dan bangsa harus juga mengikuti sisitem pembiayaan yang kekinian. Termasuk dalam membangun UMKT, UMS telah menggunakan system pembiayaan yang modern. “Cara membiayai proyek keuamatan tidak bisa dengan cara konvensional lagi,” ujarnya.

Bambang lalu menjelaskan tentang kondisi pembiayaan Muhammadiyah di masa lalu. “Dulu sekolah, RS dan PTM dibiayai dari wakaf dan infaq. Sekarang kalau mengedarkan wakaf untuk mendirikan PTM masyarakat tidak mau,” tutur guru besar ekonomi itu.

Pada periode selanjutnya, kata Bambang, pembangunan sekolah, RS, dan PTM menggunakan pembiayaan dari Bank. “UMS juga mendirikan koperasi murah yang lebih murah dari Bank setingkat dengan KUR pemerintah, tetapi dana terbatas antrian panjang. Maka PTM, Sekolah dan RS harus mengandalkan Bank,” ujarnya.

Cara pembiayaan lain, kata Bambang, adalah dengan mengeluarkan sukuk (obligasi). Sebenarnya ini juga pinjaman tetapi tidak melalui bank melainkan langsung kepada masyarakat. “Sistem pembiayaan sukuk ini belum terlaksana sehingga sumber dana kita masih mahal yaitu sekitar 6 persen flat. Kalau obligasi sekitar 4 persen flat atau 8 persen efektif,” kata Bambang.

Menurut Bambang, tahap berikutnya sebenarnya adalah go publik, Muhammadiyah memiliki ekpert sekitar 1000 doktor, banyak di antaranya doktor ekonomi, keuangan dan bisnis. “Yang kita jual adalah ide saja, misalnya mau dirikan RS kualitas  A  di kota X. Dokter-dokter kita yang handal kita sediakan dan masyarakat membiayai melalui go publik. Supaya keputusan aman masih mayoritas maka yang di go publikkan maksimal 40 sampai dengan 45 persen,” urainya.

Baca: Dekan Fakultas Ekonomi PTM-PTA se-Indonesia Berhimpun di Universitas Muhammadiyah Aceh

Bambang mencontohkan keberadaan Gereja Siloam yang juga sudah go publik, yang dijual sebebenarnya ekpesertis dalam RS. “Dana terkumpul nilai kapitalisasinya 9,7 Triliun. Siloam mengklaim sebagai layanan kesehatan terbesar di Indonesia. Akan membangun di 50 kota,” ujarnya.

Adapun tahap akhir dari pembiayaan proyek, kata Bambang adalah mengeluarkan derivasi atau rekayasa keuangan.

Tahap sukuk, go public dan mengeluarkan derivasi, kata Bambang belum tersentuh oleh Muhammadiyah. Justru pembiayaan Muhammadiyah masih konvensional. “Inilah yang perlu dimodernisir. Modernisasi ini tetap berlandaskan kegamaan yang dalam,” ujarnya.

Dalam membangun UMKT, UMS melakukan kerjasama dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kaltim. “Artinya kalau ada ghonimah akan dibagi secara profesional. Dari sisi agama hal seperti ini tidak apa-apa. Islam mengajarakan etung-etungan, misal  aturan mas kawin, waris, dan ghonimah semua diatur supaya organisasi atau jamaah tidak benturan,” ungkap Bambang. 

Baca : Haedar Nashir: Bagi Muhammadiyah, yang ada Hanya Memberi         

Sementara itu, ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang), Lincolin Arsyad mengatakan bahwa UMKT didirikan untuk membantu pemerintah dan memajukan daerah. “UMKT kita dirikan karena di propinsi Kalimantan Timur, propinsi yang relatif kaya, Muhammadiyah belum memiliki universitas dan untuk membantu pemerintah mengembangkan SDM Kaltim agar mampu mengelola SDA nya yang melimpah,” katanya.

Proses pendirian UMKT, kata Lincolin, merupakan hasil kerjasama antara UM Surakarta (UMS) dengan dua PTM di Samarinda. “Nanti setelah UMKT berdiri, dua PTM di Samarinda (STIKES Muh Samarinda dan STIEM Samarinda) akan digabung ke UMKT,” ujarnya.

Lincolin berharap UMKT cepat berkembang dan menjadi Perguruan Tinggi yang maju di Kaltim khususnya, dan Kalimantan pada umumnya (Ribas).

Exit mobile version