Ini Pesan Ketum PP Muhammadiyah dalam Milad Muhammadiyah 107H/104M di Padang

Ini Pesan Ketum PP Muhammadiyah dalam Milad Muhammadiyah 107H/104M di Padang

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan tausiyah dalam Milad Muhammadiyah di Padang, Ahad (8/12)

PADANG, Suara Muhammadiyah- PW Muhammadiyah Sumbar menggelar Milad Muhammadiyah 107H/104M di GOR Indoor UNP Padang, Ahad, (8/1/2016). Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pun hadir dalam milad yang mengusung tema “Membangun Karakter Indonesia yang berkemajuan”.

Haedar Nasir mengatakan Tokoh Minang dulu telah memberikan andil yang sangat besar membawa api pembaruan Kyai Dahlan dari Sumatera Barat hingga ke Yogyakarta. Beberapa tokoh di antaranya adalah Inyiak Rasul, Buya AR Sutan Mansyur, Buya Hamka dan Buya Syafii Maarif.

“Sekarang tokoh Muhammadiyah sumbar harus mengambil peran itu lagi dalam mewujudkan spirit Indonesia berkemajuan,” jelasnya.

Milad Muhammadiyah yang digelar di Padang ini telah mampu membangkitkan ghirah warga Muhammadiyah setempat. Namun, menurutnya, esensi sesungguhnya dari perayaan ini adalah mencari nilai lahirnya pergerakan Muhammadiyah khususnya di Padang.

“Saya yakin Kota Padang akan mampu lebih baik dari itu, itulah ghirah yang kita sebarkan,” tandasnya.

Haedar juga menyampaikan lima ciri karakter Indonesia yang berkemajuan antara lain karakter Religius, karakter cerdas berilmu, mandiri, memiliki keunggulan diri, dan solidaritis sosialistik dan Berorientasi kepada masa depan. “Oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia berkarakter diperlukan tekad dan semangat yang kuat, kerja strategis dan kesolidan,”

Muhammadiyah, tambah Haedar, memiliki spirit yang ingin menghadirkan kembali peradaban Islam yang maju. Teologi al-Maun dan surat al-Ashri itu berubah menjadi sebuah pergerakan yang melahirkan amaliyah yang melembaga panti asuhan, poli klinik dan gerakan pemberdayaan kaum dhuafa. Kyai Dahlan mengajarkan surat al-Maun selama 3 bulan sedangkan al-Asyri diajarkannya selama 6 bulan.

Haedar juga menegaskan bahwa tantangan yang dihadapi umat Islam saat ini adalah bagaimana merebut momentum perkembangan Ilmu Pengetahuan dan membangun kekuatan ekonomi.

“Tantangan itu dapat dihadapi dengan pergerakan massal. Jika tidak, dilakukan dengan kerja strategis, umat Islam akan menjadi obyek bukan menjadi tuan di rumahnya sendiri,” tandasnya (RI).

Exit mobile version