YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Dalam perekonomian, keberadaan Indonesia saat ini berada di antara dua poros. Yaitu poros Beijing dan poros Washington. Oleh karenanya, salah satu tantangan dakwah Muhammadiyah yaitu menjadikan ekonomi sebagai pilar persyarikatan.
Demikian ungkap Ahmad Sauqi Suratno, Anggota Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam FGD Penguatan Ekonomi Cabang dan Ranting oleh Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR), Sabtu (7/1).
Potret bisnis sekarang, kata Sauqi, harus membangun sistem karena kuatnya tantangan eksternal. Cabang dan ranting harus membangun sistem yang kuat dengan membangung bisnis yang berbasis dakwah atau membersarkan Muhammadiyah. Ia juga menegaskan bahwa ekonomi menjadi suatu hal yang tidak bisa ditinggalkan. “Ekonomi tidak bisa ditinggalkan karena ekonomi suatu hari sebagai panglima pengambilan keputusan,” tambahnya.
Pergerakan Muhammadiyah di Indonesia sudah menunjukan performansi yang luar biasa. Banyaknya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang berdiri menunjukan besarnya aset yang dimiliki Muhammadiyah.
“Di dalam persyarikatan, kita punya aset yang besar. Muhammadiyah tidak pernah menghitung amal dan salah satu fakta yang tidak bisa dihindari di Muhammadiyah pada umumnya yaitu AUM kita berangkat dari bawah. Potret AUM yaitu memberikan kenyamanan bagi kita semua,” tutur Sauqi.
Pengelolaan wilayah dan pengoptimalan potensi menjadi hal yang penting dalam membangun budaya ekonomi untuk memaksimalkan dakwah menurut Sauqi. Cabang dan ranting merupakan struktur persyarikatan yang tidak terekspos. Oleh karenanya, etos tentang bagaimana memulai menjadi hal yang utama dengan memperhatikan 4 hal yaitu analisis, merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi.
Terkait tantangan dakwah, Sauqi menegaskan bahwa ideologi menjadi hal yang utama. “LPCR tidak bisa hanya memberikan materi tentang ekonomi saja, tapi juga tentang politik. Ranting dan cabang tidak hanya membuat bisnis, namun juga mengamankan persyarikatan. Karena dalam membangun ekonomi, tidak bisa hanya sekedar membuat perusahaan. Tentu akan terjadi perang ideologi. Oleh karena itu, Ideologi harus istiqomah dan dakwah harus dibangun terus. Karena ini masalah ghiroh,” tandasnya (Yusri).