MEDAN, Suara Muhammadiyah-Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumut Prof Dr Hasyimsyah MA dalam sambutannya mengatakan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses penting dalam kehidupan manusia, karena melalui proses ini manusia dibentuk dan dilahirkan sebagai seorang manusia yang utuh dan sebenarnya. Pendidikan semestinya bertanggungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa dan berimplikasi kuat pada proses empowerment (pemberdayaan).
Hal ini perlu ditegaskan kembali, karena tingkat pendidikan yang meningkat ternyata tidak selalu inheren dengan tingkat pemberdayaan, dan karenanya tidak inheren pula dengan tingkat kemandirian. Sebaliknya, kadang-kadang meningginya tingkat pendidikan malah berimplikasi padamakin meningkatnya ketergantungan kepada pihak-pihak lain.
Dalam upaya mencerdaskan bangsa, kata Hasyimsyah, pendidikan seharusnya dipandang sebagai alat perjuangan pencerahan manusia. Sebagai alat perjuangan pencerahan manusia, maka minimal ada tiga aspek yang harus ada dalam sebuah proses pendidikan. Pertama, aspek iman, yang berorientasi pada proses pembentukan keyakinan manusiaakan penciptanya (spiritualitas). Kedua, Aspek kognisi, yang berorientasi pada perubahan pola pikir (intelektualitas). Ketiga, Aspek afeksi, yang berorientasi pada perubahan sikap mental dan perilaku (mentalitas).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Muhadjir Effendi dalam pemaparannya mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan yang sukses, kata Muhadjir adalah pendidikan yang mampu mengantarkan pelajar menjadi: Bertaqwa, Berkepribadian matang, Berilmu mutakhir dan berprestasi, Mempunyai rasa kebangsaan, dan Berwawasan global.
Muhadjir juga mengatakan bahwa UN sesungguhnya sudah baik akan tetapi dalam pelaksanaannya UN sangat banyak ditemukan sebuah proses yang mengajarkan kepada anak didik untuk berbohong. Realita dilapangan membuktikan bahwa suatu daerah mengharuskan kelulusan siswa itu minimal 90%, sehinggan kepala dinas akan menekan kepala sekolah, kepala sekolah akan menekan guru, guru akan melakukan segala cara untuk bisa membantu siswa sampai memberikan bocoran jawaban.
“Saat ini UN bukanlah penentu kelulusan akan tetapi proses ini tetap terjadi, karena adanya tekanan harus lulus 100% atau minimal 90%. Ini akan memberikan pembelajaran yang tidak baik untuk dunia pendidikan kita,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara M. Basir Hasibuan, MPd dalam sambutannya mengatakan bahwa dialog ini merupakan program bidang pendidikan PW. Pemuda Muhammadiyah sebagai bentuk partisipasi aktif Pemuda Muhammadiyah dalam melakukan pencerdasan bangsa. Dalam kesempatan ini PW. Pemuda Muhammadiyah Sumut memberikan rekomendasi kepada Menteri Pendidikan.
Adapun beberapa rekomendasi yang diberikan sebagai berikut : (1) Perlunya Pembaharuan Buku Ajar di Indonesia. (2) Meningkatkan kesejahteraan guru berbasis prestasi dan kinerja guru yang lebih profesional. (3) Membuat aturan sanksi yang jelas buat guru yang tidak meningkatkan kualitas mengajarnya di kelas, apakah teguran sampai pemberhentian sertifikasi. (4) Guru honor harus lebih diperhatikan kesejahteraannya.