TAIWAN, Suara Muhammadiyah-Suasana ruangan Kantor Dagang dan Ekonomi & Industri Taiwan sontak memanas ketika ditanya oleh sosok yang tengah berdiri di hadapan mereka. Mereka ditanya apakah menginginkan untuk terus menjadi buruh di negeri Formosa tersebut. Kedua motivator yang hadir pun tersentak ketika mendengar jawaban yang terlontar dari mulut peserta pelatihan kewirausahaan Buruh Migran Indonesia (BMI) Taiwan yang secara serentak meneriakkan kata ‘Tidak!’.
Pelatihan Kewirausahaan tersebut ini diselenggarakan oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerjasama dengan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Taiwan, Ahad, 8 Januari 2016.
“Sebagian besar buruh migran sektor domistik rata rata pendidikannya SD dan SMA serta minim ketrampilan. Untuk itu diperlukan rekonstruksi mental dari mental buruh ke mental wirausaha,” tutur Ketua MPM PP Muhammadiyah Muhammad Nurul Yamin yang menyampaikan motivasi bersama Sekretaris MPM Bachtiar Dwi Kurniawan.
Selama ini, menurut Yamin, akar permasalahan yang dialami buruh migran adalah kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan. Oleh karenanya, diharapkan setelah mengikuti pelatihan dan pendampingan yang dilakukan MPM PP Muhammadiyah bersama PCIM Taiwan, mereka mampu hidup mandiri dengan wirausaha ketika mereka kembali lagi ke tanah air. “Diharapkan mereka sudah dan tidak kembali menjadi buruh migran di sektor domestic ketika kembali ke tanah air,” tukas Yamin.
Peluang tersebut menurut Yamin sangatlah memungkinkan untuk dilakukan oleh para buruh Migran yang kini sebagian besar bekerja di sektordomestik. “Peluang yang paling memungkinkan untuk dilakukan para buruh migran di luar negeri yang sebagian besar bekerja di sektor domestik atau pembantu rumah tangga setelah kembali ke tanah air adalah menjadi wirausaha,” lanjutnya.
Yamin pun menegaskan bahwa setelah adanya pendampingan yang dilakukan oleh MPM, pemberdayaan keluarga buruh di tanah air pun perlu dilakukan agar uang yang dikirimkan bisa dipergunakan untuk memulai usaha. “Disinilah arti pentinya pendampingan yang berkelanjutan bukan saja sejak menjadi buruh di luar negeri, tetapi juga setelah kembali ke tanah air,” imbuh Yamin (Th).