YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Problematika autisme nampaknya belum menjadi perhatian banyak kalangan. Autisme, seringkali dianggap sebagai suatu gangguan tidak wajar yang merupakan kekurangan yang dimiliki seseorang. Kurangnya pemahaman dan pendekatan mengenai penanganan autisme menjadi hal yang penting untuk diperhatikan bagi seluruh masyarakat baik yang berhubungan secara langsung ataupun tidak. Demikian disampaikan Evianawati, Staff pengajar STIPsi & UIN Yogyakarta pada Sabtu (14/1) dalam Workshop Parenting Anak Autis di Aula PP Muhammadiyah.
Workhsop bertajuk “Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak dengan Pendekatan Religius” ini digelar oleh Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kota Yogyakarta sebagai upaya meningkatkan kualitas pengasuhan pada anak-anak berkebutuhan khusus. “Salah satu program PDNA yaitu berfokus pada peningkatan kualitas pada anak-anak berkebutuhan khusus. Oleh karenanya, kami ingin mengambil peran dengan memberikan pemahaman yang sarat dengan muatan Islam,” ungkap Intan Puspitasari, Koordinator Sosial Pendidikan PDNA Kota Yogyakarta.
Anak autis, kata Evinawati, berhak untuk memiliki tumbuh kembang yang sama dengan anak-anak di lingkungan masyarakat normal lainnya. Pemahaman dan pendekatan yang tepat harus dimiliki orang tua ataupun yang berhubungan dengan anak autis. “Kekuatan emosional menjadi hal yang penting. Keikhlasan orang tua menjadi kunci penting. Orang tua harus mau menerima anak lalu memberikan metode yang tepat sehingga anak mampu bertahan dan menjalani kehidupan,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, turut hadir dr Warich Andan, psikiater yang juga merupakan dosen FKIK UMY. Selain menjelaskan autism dari sisi medis, Ia juga menjelaskan mengenai pentingnya penerimaan dan kesadaran keluarga dalam membekali dasar keagamaan bagi anak autis. Menurutnya, Orang tua harus memberikan stimulasi dan mengenalkan keagamaan secara mendasar.
Workshop yang dihadiri oleh sejumlah kader NA, mahasiswa, guru dan orang tua yang memiliki anak penyandang autis ini bertujuan untuk membantu meningkatkan kualitas pengasuhan dengan membekali guru dan orang tua sekaligus memberikan muatan keislaman. “Harapannya, dengan workshop ini kita semua sama-sama sadar dan mau belajar untuk memberikan penanganan dan pelayanan yang terbaik untuk anak autis,” pungkas Intan (Yusri).