Presiden Jokowi dan Haedar Nashir Bicarakan Isu Kesenjangan Sosial

Presiden Jokowi dan Haedar Nashir Bicarakan Isu Kesenjangan Sosial

JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), mengundang Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir untuk bersantap siang bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (13/1). Sambil menikmati hidangan, keduanya membahas terkait upaya mengatasi kesenjangan sosial dan juga strategi peningkatan ekonomi masyarakat lemah.

“Saya dengan Presiden secara fokus sesuai dengan karakter Muhammadiyah membicarakan tentang bagaimana membangun Indonesia yang berdaulat dan berkeadilan sosial. Jadi kita membahas betapa satu di antara problem besar bangsa kita ini adalah kesenjangan sosial dan ekonomi,” kata Haedar di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Menurut Haedar, akibat dari ketidakadilan atau kesenjangan sosial selama ini telah menimbulkan sejumlah masalah dalam masyarakat. Karena itu, Muhammadiyah mendorong pemerintah mencari terobosan mengatasi masalah disparitas atau kesenjangan melalui kebijakan-kebijakan negara yang solutif. “Bagaimana sekarang mencari terobosan dan kami juga mendorong itu yang disebut dengan new economic policy juga termasuk di dalamnya new public policy,” ucap dia.

Baca: Haedar Nashir Dijamu Makan Siang Presiden Jokowi

Agar tercipta keadilan sosial, Haedar menyampaikan perlu adanya keberpihakan dari masyarakat kelas atas untuk mendorong masyarakat kecil tumbuh. Selain itu, lembaga yang ada di masyarakat juga diperlukan untuk melindungi rakyat dari berbagai kegiatan ekonomi yang justru merugikan.

Dahulu, kata Haedar, para pendiri bangsa mengedepankan prinsip keadilan sosial di jajaran terdepan. Negara dibentuk untuk menjamin kehidupan rakyatnya yang lebih baik. “Karena kalau kita baca pada perdebatan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) bahwa konsep keadilan sosial itu adalah negara hadir untuk membela, memberdayakan, dan mensejahterakan rakyat. Dalam konteks itu, tidak mungkin membangun kesejahteraan rakyat kalau tidak didukung oleh kekuatan politik masyarakat yang menjadikan republik ini,” tambahnya.

Haedar menunjuk contoh konkret kesenjangan pemilik modal yang didominasi asing dengan pelaku ekonomi kelas kecil pribumi. “Coba lihat warung-warung kecil di hampir setiap sudut tanah air kita ini kan terdesak oleh berbagai macam waralaba yang begitu ekspansif kan. Sementara kalau mereka sudah tidak punya warung kecil mau apa?” tuturnya.

Baca : Tiga Agenda Penting 2017 Menurut Haedar Nashir

Presiden Jokowi dan Haedar juga menyoroti masalah penguasaan lahan tanah yang akan dijadikan sebagai aset negara yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah, kata Haedar, perlu berupaya melindungi masyarakat serta memberikan manfaat kekayaan alam untuk meningkatkan kesejahteraan.

“Kemudian juga dalam konteks itu bahwa tidak mungkin membangun kesejahteraan rakyat itu kalau juga tidak didukung oleh kekuatan-kekuatan politik, kekuatan-kekuatan masyarakat yang memang untuk ikut menjadikan republik ini menjadi republik yang mensejahterakan, melindungi, dan memajukan rakyat,” ujar Haedar.

Haedar juga mencontohkan, terpinggirkannya masyarakat kecil akibat pembangunan perumahan yang semakin meluas di berbagai daerah. Dalam hal ini, Haedar meminta agar pemerintah menata ulang tata ruang sekaligus lahan di seluruh daerah.

Baca : Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Resmikan Komplek Perumahan Islami Sang Surya di Padang

Muhammadiyah, kata Haedar siap membantu pemerintah mengatasi berbagai permasalahan kesenjangan sosial ini melalui perguruan tinggi, rumah sakit, dan lembaga-lembaga ekonomi yang dimiliki.

Haedar sempat menunjukkan upaya yang dilakukan Muhammadiyah dalam mewujudkan keadilan social-ekonomi. Muhammadiyah telah turut serta misalnya dalam memberdayakan masyarakat suku Kokoda di Papua melalui penguasaan lahan demi memberikan manfaat kepada masyarakat setempat. Tak hanya itu, masyarakat setempat juga mendapatkan pembinaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan.

“Di Papua itu ada penduduk yang tak punya lahan. Tragis kan. Penduduk setempat. Muhammadiyah belikan lahan itu, lalu kita belikan sarana dan ternak untuk peternakan juga untuk pertanian. Lalu kita berikan pembinaan,” tutur Haedar (Ribas).

Exit mobile version