Surat Cinta Ibu, Berawal dari Motivasi Menulis Guru

Surat Cinta Ibu, Berawal dari Motivasi Menulis Guru

Uzlifah Rusdiyana (tiga dari kanan) usai launching buku antologi Surat Cinta untuk Ibu, bersama penulis lainnya

SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Demam dan booming literasi yang dicanangkan Kemdikbud beberapa waktu terakhir juga terasakan sejumlah pendidik. Mereka termotivasi menghasilkan karya literasi dengan banyak menulis buku. Pengalaman menulis buku para guru ini didapatkan dari membuat tulisan opini sederhana soal kondisi yang dialami.

Ini pula yang dialami Uzlifa Rusydiana SPd, guru PNS yang sehari-hari mengajar di SDN Magersari 2 Kota Mojokerto. Dalam kurun waktu tidak sampai setahun, guru lulusan jurusan Biologi UM ini pun produktif menghasilkan tulisan dan diterbitkan dalam buku. Dua buku berupa ontologi telah ditulisnya bersama-sama guru lain. Buku ontologi keduanya berjudul Surat Cinta untuk Bunda. Rencananya, buku Surat Cinta untuk Ibu dilaunching dalam acara seminar nasional di gedung LPMP Jawa Timur di Surabaya, siang hari (15/1) ini.

“Buku pertama kami tulis keroyokan bersama 44 guru lain. Buku kedua ini sesuai target, awal 2017 ini buku saya sudah terbit. Saya menyiapkan tulisan untuk tiga buku ontologi,” kata Uzlifa senang.

Buku pertama yang ikut ditulisnya berjudul Terima Kasih, Guru: 44 catatan Inspiratif tentang Guru yang Terlupa. Buku ini berisi tentang pengalaman pribadi penulis. Sedangkan buku keduanya berjudul Catatan Cinta untuk Ibu, juga berbentuk antologi.

Bagi Ifa, panggilan akrabnya, pengalaman dan kesempatan bisa berpartisipasi dalam acara yang difasilitasi Pustaka Media Guru ini sangatlah berharga. Apalagi, ia juga harus bersaing dengan ratusan guru lain se Jawa Timur. Dikatakan, motivasi menulis buku berawal dari keikutsertaan para guru ini mengikuti kelas menulis opini. Lalu, katanya, para guru didorong untuk membuat tulisan opini dan dibukukan bersama-sama.

Tak hanya produktif menulis buku, modul dan lembar kerja siswa telah disusun alumnus jurusan Biologi Fakultas MIPA UM ini setahun terakhir. Sementara, dua modul ditulis untuk kelas 4 SD.

“Tiap semester Saya buat modul untuk siswa SD. Tiap semester kadang dua modul, pernah bisa sampai tiga modul. Ini tahun ke-3 saya menyusunya,” demikian Uzlifa.

Bagi kalangan pendidikan di kotanya, Uzlifah memang dikenal guru yang tekun dan teladan. Bahkan, Ifa pernah terpilih sebagai guru paling kompeten dengan nilai Ujian Kompetensi Guru (UKG) terbaik 2015 lalu. Atas prestasinya ini, ia pun mendapatkan undangan presentasi dan apresiasi di Kemdikbud di Jakarta. Beberapa bulan berselang, Ifah juga mendapatkan apresiasi dan berkesempatan mengikuti program darmawiyata ke Jepang selama sebulan.

Uzlifah Rusdiyana sendiri mengawali karir sebagai guru pada tahun 2006 sampai awal 2009 di MIM 1 dan MIM 2 Jombang, tempat kelahirannya. Sebelummya, ia juga aktif di organisasi NA daerah hingga menjadi pengurus di PWNA Jatim (amin).

Exit mobile version