Menjaga Kemabruran Haji
KLATEN, Suara Muhammadiyah– Meski pelaksanaan ibadah haji menunggu sampai puluhan tahun, namun tidak menurutkan keinginan umat Islam yang ikut ngantri mendaftarkan diri untuk menjalankan rukun Islam yang kelima itu. Dengan mendaftar awal Rp 25 juta, seseorang dapat menunggu giliran untuk diberangkatkan.
Namun sebenarnya bukan hanya pelaksanan ibadah haji itu saja melainkan para haji harus dapat menjaga kemabruran ibadah hajinya. Berbagai macam cara dapat digunakan untuk menjaga kemabruran hajinya tersebut. Dalam rangka menjaga niat itu, salah satunya dengan mengadakan kegiatan arisan haji yang diisi dengan pengajian, secara rutin setiap bulan.
Hal ini telah dilakukan oleh jamaah haji Kabupaten Klaten yang tergabung dalam LBIH (Lembaga Bimbingan Ibadah Haji) Arofah yang bernaung di bawah panji matahari. Selain itu dari masing-masing lembaga yang ada di kecamatan juga mengadakan pengajian rutin, meski kegiatan tersebut secara berkala, mungkin diadakan setiap 3 bulan sekali, setengan tahun sekali.
Salah satu LBIH Arofah Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten melalui kesepakatan antara pengurus dengan jamaah haji ditemukan titik temu yakni menyelenggarakan pengajian rutin setiap 3 bulan sekali. Kegiatan ini sudah berjalan bertahun-tahun. Kali ini LBIH Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten Ahad kemarin menggelar pengajian rutin yang dihadiri oleh sekitar 150 orang jamaah haji yang tergabung dalam LBIH Arofah.
Pengajian diisi oleh Drs H Agus Krisnadi (Kepala KUA) Trucuk, yang dihadiri pula oleh sesepuh Muhammadiyah Drs H Waseno. Dalam tausiyahnya Drs H Agus Krisnadi, mengajak kepada jamaah haji yang tergabung dalam LBIH Arofah untuk senantisa menuntut ilmu agama khususnya dalam rangka melestarikan kemabruran ibadah haji kita. Kita senantasa mengetahui bahwa Nabi SAW senantiasa memberikan motivasi kepada umat Islam agar mau menjalankan ibadah haji. Sebab haji yang mabrur tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali surganya Allah SWT.
“Yang jelas bagi jamaah haji yang hajinya mabrur akan dijamin oleh Allah untuk masuk surga. Jadi syaratnya hajinya mabrur. Jika tidak mambur tetntu saja jamiannnya bukan lagi surge melainkan sebaliknya yakni neraka. Oleh karena itu yuntuk menjaga kemabruran kita maka kita harus senantiasa mengingat hadits Nabi Muhamma SAW tentang cirri-ciri haji mabrur,” kata Agus.
Adapun ciri-ciri haji mabrur, ujar Agus diantaranya adalah sepulang menjalankan ibadah haji harus memperbaiki perkataan. Kata-katanya lebih santun, lebih menghormati orang lain dibading sebelum ibadah haji. Kedua lebih loma bukan bakhil dalam urusan harta benda. Apa yang dimiliki senantiasa diinfaqkan sebagian harta bendanya untuk menegakkan kalimat Allah. Dan yang ketiga lebih rajin menjalankan ibadah sholat berjamaah di masjid bila dibandingkan sebelum berangkat menunaikan ibadah haji yang ogah-ogahan.
“Coba kebiasaan di Mekah dan Medinah yang bangun malam untuk sholat tahajut, kemudian pergi ke masjid untuk sholat jamaah subuh diaplikasikan di rumah masing-masing. Jangan malah sebaliknya, merasa telah memiliki pahala yang banyak setelah sholat di Masjidil Harom, dan masjid Nabawi kini setelah di rumah jamaah di masjid kampong saja jarang,” ujarnya (Paimin JS).