YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Mekarnya berbagai kelompok sosial yang dikenal sebagai komunitas khusus yang menggambarkan dinamika sosial baru di lingkungan tertentu tumbuh pesat di tanah air. Hal ini tentunya semakin menambah segmentasi sosial di masyarakat. Perubahan dan perkembangan masyarakat memerlukan perubahan dalam perkembangan model dakwah.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yunahar Ilyas mengatakan, dakwah komunitas ditujukan kepada segmen-segmen masyarakat tertentu baik yang di perkotaan maupun pedesaan. Upaya dakwah Muhammadiyah harus terus diupayakan agar dapat masuk di semua lini tak terkecuali komunitas elite.
“Kalau kita berbicara di perkotaan, kita ingin dakwah Muhammadiyah sampai ke kantor-kantor kementerian, kantor-kantor perusahaan di Jakarta, dan yang lebih penting lagi ke perumahan-perumahan elite,” tambahnya.
Menurut Yunahar, diperlukan strategi dalam berdakwah di komunitas elite. Banyaknya kelompok-kelompok dakwah yang sudah lebih dulu masuk ke dalam komunitas tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi dakwah Muhammadiyah.
“Tidak selamanya harus mengatasnamakan Muhammadiyah, yang paling penting adalah paham Muhammadiyah. Apakah Muhammadiyah bisa masuk? Sebab banyak juga sekarang kelompok-kelompok lain yang masuk. Bahkan caranya sederhana saja. Mula-mua mereka masuk sebagai takmir. Nah, takmirnya yang berperan. Jadi kita dakwah komunitasnya tidak hanya menjadi penceramahnya. Tapi menjadi tendernya. Nah itu bisa nggak anak muda kita di gerakan,” ungkapnya.
Adapun materi yang paling diminati dalam dakwah komunitas elite yaitu Fiqih. Untuk bisa masuk ke Fiqih, lanjut Yunahar, bisa masuk melalui tafsir sehingga bisa fleksibel.
“Yang paling mereka minati sebenarnya fiqih. Karena sehari-hari mereka bergulat dengan persoalan-persoalan hukum. Untuk bisa masuk Fiqih kita bisa melalui tafsir. Dia bisa ke Fiqih, bisa ke Akhlaq, ya Sejarah, bisa kemana-mana. Jadi kita bsa fleksibel kalau masuknya melalui tafsir,” tandasnya (Yusri).
Ulasan selengkapnya tentang Dakwah di Komunitas Elit bisa dibaca di Majalah Suara Muhammadiyah nomor 3, tahun 2017, edisi cetak.