Dalam ajaran Islam, berdakwah adalah panggilan setiap muslim. Ballighuu ‘anniy walau ayah! Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat! Dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah, setiap muballigh atau da’i dihadapkan pada heterogenitas jama’ah. Dalam kacamata sosiologis dan antropologis, masyarakat terbagi dalam stratifikasi sosial tertentu. Ada kelas bawah, menengah, dan atas. Untuk aktivitas dakwah kelas bawah dan menengah, para muballigh maupun da’i sudah terbiasa. Tetapi dakwah di tengah komunitas elite (upper class) justru masih minim.
Survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama Jakarta bersama Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 10-22 April 2016 tentang kebutuhan pendidikan Islam nonformal dalam masyarakat menunjukkan angka yang menggembirakan. Pertumbuhan kelompok pengajian atau yang biasa disebut majelis taklim semakin pesat. Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa aktivitas majelis taklim tertinggi justru terjadi di wilayah perkotaan, seperti di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan bagian utara Sumatera. Hasil survei ini memperkuat fenomena urban sufism.
Komunitas elite tidak luput dari gejala urban sufism. Para pejabat instansi pemerintahan, pengusaha, direktur, manajer, akademisi, artis, seniman, dan kaum profesional lainnya tergerak aktif mengikuti forum-forum pengajian atau majelis taklim. Tetapi forum-forum pengajian komunitas elite bersifat eksklusif, tidak seperti pengajian pada umumnya.
Bagaimanakah karakteristik pengajian kelas elite? Uraian selengkapnya seputar “Dakwah Komunitas Kelas Elite” di Majalah Suara Muhammadiyah No. 3/Th ke-102/1-15 Febaruari 2017.
Baca juga dialog khusus dengan Ustadz Syamsi Ali, Imam di Islamic Center of New York, terkait teknik berdakwah di kalangan elite.
Pemesanan hubungi: SIRKULASI/PEMASARAN Jl KHA Dahlan 43 Yogyakarta 55122. Telp. 0274-376955 (ext. 1). Fax. 0274-411306. SMS/WA/Call: 0819-0418-1912