Ikuti Kyai Dahlan, MPM Bekerja dalam Sunyi

JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Bekerja dalam sunyi, diidentikkan dengan sosok yang telah berdedikasi tinggi, namun jauh dari riuh apresiasi. Kyai Dahlan salah satunya. Siapa yang menyangkal gerakan Muhammadiyah yang diinisiasi oleh Kyai Dahlan seabad yang lalu telah memberi konstribusi besar bagi republik ini. Di saat masyarakatnya dalam posisi terbelakang, kyai Dahlan memilih untuk menyalakan suluh, mencerahkan peradaban. Terutama melalui kegiatan pendidikan, kesehatan, dan santunan sosial.

Wakil Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, Syahril Syah mengatakan bahwa semangat yang diusung oleh MPM adalah bagian dari pembumian semangat kyai Dahlan. MPM hadir di kantong-kantong kemiskinan. Melakukan pendampingan dan pemberdayaan. Mengesampingkan sekat perbedaan latar belakang suku, agama, dan golongan.

“Untuk menyelesaikan sebuah persoalan di masyarakat, KH Dahlan tidak pernah banyak bersuara, dengan aksi-aksi demo, melainkan langsung dengan bukti nyata. Hal itulah yang akan diterapkan oleh MPM. Dan inilah  yang menjadi kekuatan bagi gerakan pemberdayaan yang dilakukan MPM,” tutur Syahril saat memberi sambutan di acara diskusi publik MPM PP Muhammadiyah dengan tema ‘Nasib Petani Bawang, Tak Seharum Aromanya’ di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusat.

Menurut Syahril, MPM sejak awal berdirinya memiliki komitmen untuk melakukan pendampingan terhadap masyarakat yang termarjinalkan. Majelis yang awalnya bernama Lembaga Buruh Tani dan Nelayan PP Muhammadiyah, di bawah kepeloporan alm. Moeslim Abdurrahman dan alm. Said Tuhuleley telah menaikkan taraf hidup kaum mustadl’afin.

Bidang pertanian, peternakan dan nelayan merupakan di antara bidang garapan MPM. Itu sebabnya, menurut Syahril, MPM akan terus berupaya mencegah stagnasi sosial melalui perbaikan sektor pertanian untuk bidang pangan yang lebih baik. Syahril mengatakan, diskusi yang diselenggarakan oleh MPM kali ini merupakan disksusi publik pertama di Jakarta yang membahas mengenai pertanian.

Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh kondisi pertanian di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Persoalan yang muncul silih berganti. Mulai dari masalah ketersediaan pupuk dan benih yang terbatas, biaya produksi yang tinggi, daya jual yang rendah, hingga persoalan irigasi yang terbatas.

“Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan maka akan terjadi partikularisasi, maka harus ada upaya dan sinergi untuk menyelesaikan masalah ini. Terutama dalam advokasi peningkatan kesejahteraan para petani,” ungkap Syahril.

Dalam kesempatan itu, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan Hidup, Kebencanaa dan ZIS, Hajriyanto Y Thohari mengatakan bahwa Muhammadiyah melalui MPM diharapkan dapat terus memberikan kontribusi yang lebih dalam memperkuat serta mempengaruhi kesejahteraan di Indonesia, khususnya melalui bidang pertanian.

“Sebagaimana telah MPM banyak lakukan di banyak tempat dengan berbagai kontribusi dan program unggulan. Muhammadiyah melalui MPM diharapkan dapat menjadikan pertanian Indonesia menjadi berdaya dan berkualitas,” ujar Hajriyanto (Ribas).

Exit mobile version